Saudariku muslimah, ternyata kebanyakan penghuni neraka berasal dari kaum hawa. Jika dihitung dengan ilmu peluang, maka kita berpeluang lebih besar untuk masuk dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala dibanding kaum lelaki. Ngeri tentunya.
Ditambah kabar ini bukan berasal dari sembarang orang. Kabar ini berasal dari orang terpercaya yang perkataannya adalah kebenaran. Mengapa kaum hawa menjadi mayoritas utama penghuni neraka? Inilah yang membuat banyak wanita jadi penghuni neraka.
Allah SWT pernah memperlihatkan neraka kepada Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada saat Mi’raj. Disana Rasulullah SAW melihat bahwa mayoritas penghuninya adalah wanita. Sepulangnya dari Mi’raj, Rasulullah SAW pun menceritakan hal ini pada para sahabat.
Rasulullah SAW bersabda:“Diperlihatkan neraka kepadaku. Ketika itu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita”. Seseorang bertanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Rasulullah menjawab: “mereka kufur kepada suami dan tidak berterima kasih atas kebaikan yang diterimanya. Walaupun sepanjang masa engkau telah berbuat baik kepada mereka, begitu mereka melihat sedikit kesalahan darimu, maka mereka berkata, ‘Aku tak pernah melihat kebaikan darimu’”(HR Bukhari).
Wahai saudariku, ternyata yang menyebabkan kaum kita banyak menjadi ahli Nar bukan karena kita kufur terhadap Allah SWT. Mungkin saja kita rajin beribadah dimana tahajud tak pernah terlewat, shaum sunnah tak pernah ketinggalan, sedekah pun hampir tiap hari, namun kita kufur terhadap kebaikan suami. Inilah yang bisa melemparkan kita jatuh dalam kebinasaan yang kekal kelak di akhirat sana.
Kufur artinya mengingkari. Tanpa sadar kita seringkali mengingkari berbagai kebaikan yang telah dilakukan suami terhadap diri kita. Hal yang seringkali tidak disadari inilah yang memasukkan kita ke dalam neraka. Sebagaimana Imam Bukhari memasukkan hadist ini ke dalam judul “Kufur Kepada Suami Dan Kufur Duna Kufrin” yang artinya kekufuran ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari Al Islam namun bisa membuatnya masuk menjadi penghuni neraka.
Bentuk kufur pada suami yakni dengan meniadakan kebaikan-kebaikan suami selama ini, hanya karena satu kesalahan yang diperbuatnya. Sehingga jatuhlah ucapan bahwa suami tidak pernah berbuat baik. Ibarat hujan sehari yang meniadakan kemarau berkepanjangan. Atau ibarat susu sebelanga yang rusak karena jatuh nila setitik.
Sang istri seakan lupa, hilang ingatan bahwa suaminyalah yang memberinya makan, memberinya pakaian dan memberikannya tempat tinggal. Suaminya begitu sayang terhadapnya dengan selalu menjaganya, dan mendedikasikan hasil kerjanya hanya untuk anak istri. Begitu suatu waktu sang suami melakukan kesalahan kecil, sang istri sontak berkomentar:“Tak ada satu kebaikan pun dari dirimu”.
Kalimat ini memang pendek. Namun efeknya begitu dalam. Hati sang suami akan merasa begitu perih, terluka mendengar perkataan ini.
Sang istri lupa mengambil timbangan dan lupa menggunakannya untuk menimbang-nimbang mana yang lebih berat antara kebaikan dan keburukan suaminya. Sang istri langsung menilai dengan pukul rata bahwa kesalahan yang diperbuat suaminya lebih berat daripada kebaikannya. Padahal jika bisa ditimbang, maka timbangan kebaikan sang suami akan jauh melebihi keburukannya.
Hadist serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dimana Rasulullah SAW bersabda:“Barangkali salah seorang diantara kalian lama bersama orang tuanya (tidak kunjung menikah), lalu Allah menganugerahinya suami. Dan darinya ia dikaruniai harta dan anak. Suatu kali ia marah karena suatu sebab, maka ia pun durhaka kepada suaminya dengan mengatakan ‘Selama ini aku tidak pernah melihat satu kebaikan pun darimu’”.
Dua hadist diatas kiranya harus dijadikan perhatian bagi seluruh kaum hawa yang saat ini telah dianugerahkan seorang suami oleh Allah SWT. Jika kita masih melakukan pengingkaran terhadap kebaikan-kebaikan yang diberikan suami terhadap diri kita, segeralah bertaubat. Mulai detik ini segeralah berubah dalam memperlakukan suami. Jangan sampai kelakuan dan perkataan kita yang membuat perih hatinya menyeret kita ke jurang neraka.Nau’dzubillahi min dzalik.
Muqadimah:
Assalamu'alaikum wr.wb."Amal Ma'ruf nahi Mungkar" adalah Tujuan awal Saya membuat Blog ini.. Tanpa bermaksut Menggurui, ataupun merasa lebih suci.. Saya hanya Berharap banyak Pembaca yg mengambil manfaat dari Blog ini, sehingga menjadi ilmu dan Amal bagi Pembaca dan Jariah Ilmu buat saya. Tapi maaf karena saya bukan Ustad ataupun Kyai, dan karena dangkal nya ilmu Saya, postingan di Blog ini banyak saya ambil Dari Sumber yang lain, yang tentu Ilmu nya Lebih kopenten daripada saya. sekali lagi Semoga bermanfaat. Wassalam... Arief Apriyanto JADWAL WAKTU SHALAT
Minggu, 31 Januari 2016
Hadits Qudsi : Di Hari Akhir, Setiap Pemeluk Agama Akan Dimintai Tanggung Jawab.
Dari Abu Said Al-Khudri ra. Ia berkata: kami (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah, Apakah kami (dapat) melihat Tuhan kami. Beliau bersabda, Apakah melihat matahari dan bulan di waktu cerah membahayakan kalian? Kami menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Sesungguhnya di hari itu tidak berbahaya kalian melihat Tuhan, seperti kalian melihat matahari dan bulan (juga tidak berbahaya).
Kemudian beliau bersabda: seorang penyeru menyeru: Tiap-tiap kaum supaya pergi ke sesembahannya dahulu, maka ahli salib pergi bersama salib mereka. Ahli berhala pergi bersama berhala mereka, dan penyembah banyak Tuhan pergi bersama mereka. Sehingga tinggal orang-orang yang dulu menyembah Allah, baik berbakti (tidak berdosa) maupun yang berdosa dan sisa-sisa ahli kitab yang masih ta’at. Lalu jahanam didatangkan dan diperlihatkan, seolah-olah fatamorgana. Kemudian dikatakan kepada Yahudi: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Uzair, putra Allah, maka dijawab: Bohong kalian. Allah tidak beristri dan tidak beranak. Lalu apa keinginan kalian. Mereka menjawab: kami ingin diberi minum. Lalu dijawab minumlah kalian. Tiba-tiba mereka berjatuhan ke neraka.
Kemudian dikatakan kepada orang-orang Nasrani: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami dulu menyembah Al-Masih putra Allah. Maka dijawab: Bohong kalian, Allah tidak beristri dan tidak beranak. Lalu, apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami ingin diberi minum, Lalu dikatakan: Minumlah kalian. Tiba-tiba mereka berjatuhan ke neraka.
Sehingga tinggal orang-orang yang dahulu hanya menyembah Allah. Baik yang berbakti (tidak berdosa) maupun yang berdosa. Lalu mereka ini ditanya: Apa yang menahan kalian, padahal manusia (yang lain) telah pergi? Mereka menjawab: Kami memisahkan diri dari mereka, karena kami hari ini sangat membutuhkan Dia. Dan kami mendengar seruan bahwa: Tiap-tiap kaum supaya menemui sesembahan mereka dahulu. Dan kami hanya menunggu Tuhan kami. Beliau bersabda: Lalu Al-Jabar (Yang Maha Perkasa) mendatangi mereka rupa yang bukan rupa-Nya yang pertama kali mereka melihat-Nya. Dia berfirman: Akulah Tuhan kalian, mereka berkata: Engkaulah Tuhan kami, maka tidak ada yang berbicara dengan-Nya kecuali para Nabi. Lalu Dia bertanya: Adakah tanda (untuk membedakan) antara kalian dengan Dia sehingga kalian dapat mengenali-Nya. Mereka menjawab: Betis-Nya. Lalu Dia membuka betis-Nya. Maka sujudlah semua orang mukmin, dan tinggal (tidak sujud) orang-orang yang dahulu sujud kepada Allah, karena riya, sum’ah. Lalu Dia ini pergi (dalam keadaan) seperti sujud. Maka punggungnya menjadi rata, kemudian dibawakan jembatan diletakkan diantara 2 puncak jahanam, kami (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah, apa itu jembatan? Beliau menjawab: Tempat yang sangat licin, mudah sekali menggelincirkan. Di atasnya banyak penyambar, banyak besi yang ujungnya bengkok, banyak pohon yang melintang yang mempunyai banyak duri yang besar-besar yang tumbuh di negeri Najd, yang dinamakan: Sa’daan. Kecepatan orang mukmin melintas diatasnya (ada yang) seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti larinya kuda yang bagus atau binatang lain. Maka selamatlah orang-orang yang diselamatkan. Dan ada yang selamat (tetapi sempat) dikeroyok dan tercakar di dalam neraka. Sehingga melintas orang yang terakhir dengan ditarik. Maka kalian dulu yang paling getol mencari kebenaran padaku, dan hari ini tampak jelas oleh kalian (hasilnya) pada orang mukmin (ketika) berhadapan dengan Yang Maha Perkasa.
Setelah mereka merasa selamat, mereka (ingat) saudara-saudara mereka, lalu mereka memohon: Wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami, mereka dulu shalat bersama kami, berpuasa bersama kami, beramal bersama kami, lalu Allah Ta’ala berfirman: (Para Malaikat) Pergilah kalian apabila kalain mendapati seseorang yang di dalam hatinya ada iman seberat dinar, maka harus kalian keluarkan dia. Dan Allah mengharamkan rupa-rupa mereka di neraka. Lalu para malaikat mendatangi mereka (di neraka). Sebagian telah terbenam api sampai ke telapak kaki, ada yang sampai pertengahan dua betisnya. Lalu para malaikat mengeluarkan mereka (orang-orang) yang dapat dikenalinya. Kemudian mereka kembali (kepada Allah). lalu Allah berfirman: Pergilah kalian, Barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya ada iman yang beratnya setengah dinar, maka hendaklah kalian keluarkan. Lalu malaikat mengeluarkan orang-orang yang masih dapat mereka kenali. Kemudian malaikat kembali (kepada Tuhan). Lalu Allah memerintah kepada mereka supaya pergi (ke neraka). Dia berfirman: Barangsiapa yang kalian dapati di dalam hatinya ada iman seberat molekul atom, maka hendaklah kalian keluarkan dia. Lalu para malaikat mengeluarkan orang-orang yang masih dapat mereka kenali. Abu Said berkata: Jika kalian tidak percaya, silahkan membaca:Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun seberat dzaroh, dan jika ada kebaikan seberat dzarroh, niscaya Allah akan melipatgandakan. (QS: 4:40).
Lalu para nabi, para malaikat, semua orang mukmin diberi syafa’at. Kemudian Yang Maha Perkasa berfirman: Syafa’atKu tetap (utuh). Lalu Dia mengenggam satu gengaman dari neraka. Dia keluarkan beberapa kaum yang sudah hangus. Kemudian mereka dimasukkan sungai yang ada di beberapa mulut surga, yang dikatakan: air hidup. Maka mereka tumbuh di kedua belah sisinya. Seperti tumbuhnya biji-bijian pada tanah-tanah dan buih-buih yang dibawa aliran air, yang telah kalian lihat dipingir batu dipinggir pohon. Sebagian yang menghadap (terkena sinar) matahari, tumbuh hijau dan sebagiannya yang terlindungi tumbuh putih. Mereka muncul seperti mutiara. Lalu diri-diri mereka dipasang stempel. Lalu mereka semua masuk surga. Maka ahli surga berkata: mereka ini orang-orang yang dimerdekakan Ar-Rahman. Dia masukan mereka ke surga tanpa amal yang telah mereka lakukan. Lalu dikatakan kepada mereka: untuk kalian apa yang kalian lihat dan (ditambah lagi) seperti itu.
Rawi Hadits:
Al-Bukhari dalam: Shahihnya: Kitabut Tafsir (4581) Bab: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya, walaupun seberat molekul atom.
Al-Bukhari dalam: Kitabut Tauhid (7439) Bab: Firman Allah Ta’ala: Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri (9375: 22)
Muslim dalam: Shahihnya: Kitabul-Ima (183/302, 303) Bab : Mengetahui jalannya ru’yah.
Sumber : Hadits Qudsi Shahih dan Penjelasannya, Al Imam Abi Al Hasan Nuruddin, Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy
Kemudian beliau bersabda: seorang penyeru menyeru: Tiap-tiap kaum supaya pergi ke sesembahannya dahulu, maka ahli salib pergi bersama salib mereka. Ahli berhala pergi bersama berhala mereka, dan penyembah banyak Tuhan pergi bersama mereka. Sehingga tinggal orang-orang yang dulu menyembah Allah, baik berbakti (tidak berdosa) maupun yang berdosa dan sisa-sisa ahli kitab yang masih ta’at. Lalu jahanam didatangkan dan diperlihatkan, seolah-olah fatamorgana. Kemudian dikatakan kepada Yahudi: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami menyembah Uzair, putra Allah, maka dijawab: Bohong kalian. Allah tidak beristri dan tidak beranak. Lalu apa keinginan kalian. Mereka menjawab: kami ingin diberi minum. Lalu dijawab minumlah kalian. Tiba-tiba mereka berjatuhan ke neraka.
Kemudian dikatakan kepada orang-orang Nasrani: Apa yang dahulu kalian sembah? Mereka menjawab: Kami dulu menyembah Al-Masih putra Allah. Maka dijawab: Bohong kalian, Allah tidak beristri dan tidak beranak. Lalu, apa yang kalian inginkan? Mereka menjawab: Kami ingin diberi minum, Lalu dikatakan: Minumlah kalian. Tiba-tiba mereka berjatuhan ke neraka.
Sehingga tinggal orang-orang yang dahulu hanya menyembah Allah. Baik yang berbakti (tidak berdosa) maupun yang berdosa. Lalu mereka ini ditanya: Apa yang menahan kalian, padahal manusia (yang lain) telah pergi? Mereka menjawab: Kami memisahkan diri dari mereka, karena kami hari ini sangat membutuhkan Dia. Dan kami mendengar seruan bahwa: Tiap-tiap kaum supaya menemui sesembahan mereka dahulu. Dan kami hanya menunggu Tuhan kami. Beliau bersabda: Lalu Al-Jabar (Yang Maha Perkasa) mendatangi mereka rupa yang bukan rupa-Nya yang pertama kali mereka melihat-Nya. Dia berfirman: Akulah Tuhan kalian, mereka berkata: Engkaulah Tuhan kami, maka tidak ada yang berbicara dengan-Nya kecuali para Nabi. Lalu Dia bertanya: Adakah tanda (untuk membedakan) antara kalian dengan Dia sehingga kalian dapat mengenali-Nya. Mereka menjawab: Betis-Nya. Lalu Dia membuka betis-Nya. Maka sujudlah semua orang mukmin, dan tinggal (tidak sujud) orang-orang yang dahulu sujud kepada Allah, karena riya, sum’ah. Lalu Dia ini pergi (dalam keadaan) seperti sujud. Maka punggungnya menjadi rata, kemudian dibawakan jembatan diletakkan diantara 2 puncak jahanam, kami (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah, apa itu jembatan? Beliau menjawab: Tempat yang sangat licin, mudah sekali menggelincirkan. Di atasnya banyak penyambar, banyak besi yang ujungnya bengkok, banyak pohon yang melintang yang mempunyai banyak duri yang besar-besar yang tumbuh di negeri Najd, yang dinamakan: Sa’daan. Kecepatan orang mukmin melintas diatasnya (ada yang) seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti larinya kuda yang bagus atau binatang lain. Maka selamatlah orang-orang yang diselamatkan. Dan ada yang selamat (tetapi sempat) dikeroyok dan tercakar di dalam neraka. Sehingga melintas orang yang terakhir dengan ditarik. Maka kalian dulu yang paling getol mencari kebenaran padaku, dan hari ini tampak jelas oleh kalian (hasilnya) pada orang mukmin (ketika) berhadapan dengan Yang Maha Perkasa.
Setelah mereka merasa selamat, mereka (ingat) saudara-saudara mereka, lalu mereka memohon: Wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami, mereka dulu shalat bersama kami, berpuasa bersama kami, beramal bersama kami, lalu Allah Ta’ala berfirman: (Para Malaikat) Pergilah kalian apabila kalain mendapati seseorang yang di dalam hatinya ada iman seberat dinar, maka harus kalian keluarkan dia. Dan Allah mengharamkan rupa-rupa mereka di neraka. Lalu para malaikat mendatangi mereka (di neraka). Sebagian telah terbenam api sampai ke telapak kaki, ada yang sampai pertengahan dua betisnya. Lalu para malaikat mengeluarkan mereka (orang-orang) yang dapat dikenalinya. Kemudian mereka kembali (kepada Allah). lalu Allah berfirman: Pergilah kalian, Barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya ada iman yang beratnya setengah dinar, maka hendaklah kalian keluarkan. Lalu malaikat mengeluarkan orang-orang yang masih dapat mereka kenali. Kemudian malaikat kembali (kepada Tuhan). Lalu Allah memerintah kepada mereka supaya pergi (ke neraka). Dia berfirman: Barangsiapa yang kalian dapati di dalam hatinya ada iman seberat molekul atom, maka hendaklah kalian keluarkan dia. Lalu para malaikat mengeluarkan orang-orang yang masih dapat mereka kenali. Abu Said berkata: Jika kalian tidak percaya, silahkan membaca:Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun seberat dzaroh, dan jika ada kebaikan seberat dzarroh, niscaya Allah akan melipatgandakan. (QS: 4:40).
Lalu para nabi, para malaikat, semua orang mukmin diberi syafa’at. Kemudian Yang Maha Perkasa berfirman: Syafa’atKu tetap (utuh). Lalu Dia mengenggam satu gengaman dari neraka. Dia keluarkan beberapa kaum yang sudah hangus. Kemudian mereka dimasukkan sungai yang ada di beberapa mulut surga, yang dikatakan: air hidup. Maka mereka tumbuh di kedua belah sisinya. Seperti tumbuhnya biji-bijian pada tanah-tanah dan buih-buih yang dibawa aliran air, yang telah kalian lihat dipingir batu dipinggir pohon. Sebagian yang menghadap (terkena sinar) matahari, tumbuh hijau dan sebagiannya yang terlindungi tumbuh putih. Mereka muncul seperti mutiara. Lalu diri-diri mereka dipasang stempel. Lalu mereka semua masuk surga. Maka ahli surga berkata: mereka ini orang-orang yang dimerdekakan Ar-Rahman. Dia masukan mereka ke surga tanpa amal yang telah mereka lakukan. Lalu dikatakan kepada mereka: untuk kalian apa yang kalian lihat dan (ditambah lagi) seperti itu.
Rawi Hadits:
Al-Bukhari dalam: Shahihnya: Kitabut Tafsir (4581) Bab: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya, walaupun seberat molekul atom.
Al-Bukhari dalam: Kitabut Tauhid (7439) Bab: Firman Allah Ta’ala: Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri (9375: 22)
Muslim dalam: Shahihnya: Kitabul-Ima (183/302, 303) Bab : Mengetahui jalannya ru’yah.
Sumber : Hadits Qudsi Shahih dan Penjelasannya, Al Imam Abi Al Hasan Nuruddin, Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy
Fitnah Dajjal dan Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi Pada Hari Jum’at
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk.. . . ” (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)
Amal Khusus di Hari Jum’at
Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairahradliyallaahu ‘anhu, bahwa Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Membaca Surat Al-Kahfi
Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.
1. Dari Abu Sa’id al-Khudriradliyallahu ‘anhu, dari Nabishallallahu ‘alaihi wasallambersabda:
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalamTakhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
3. Dari Ibnu Umarradhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”
Kapan Membacanya?
Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Imam Al-Syafi’irahimahullahdalamAl-Ummmenyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum’at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi’i: 1/237).
Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajarrahimahullaahmengungkapkan dalamAmali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).
DR Muhammad Bakar Isma’il dalamAl-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnahmenyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at
Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)
Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karenanurr(cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
Pada surah Al-Kahfi terdapat hikmah-hikmah yang patut kita ketahui. pada surah ini, terdapat empat kisah yang sangat terkenal yaitu : kisah Ashhabul Kahfi, Kisah pemilik dua kebun, kisah nabi Musa AS dengan nabi Khidir dan kisah Zulqarnain. Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabishallallahu ‘alaihi wasallamadalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.
Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93)
Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)
Siapakah Dajjal itu?
Dajjal adala mahluk yang telah diberi peluang oleh Allah swt utk menguji umat ini dengan bermacam-macam ujian. Oleh kerana itu, Allah memberikan kepadanya beberapa kemampuan yg luar biasa. Di antara kemampuan Dajjal tersebut adalah :
1. Segala kesenangan hidup akan ada bersama dengannya.
Benda-benda beku akan mematuhinya. Sebelum kedatangan Dajjal, dunia Islam akan diuji dahulu oleh Allah dengan kemarau yang panjang selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun pertama hujan akan kurang sepertiga dari biasa dan pada tahun kedua akan kurang 2/3 dari biasa dan pada tahun ketiga hujan tidak akan turun lagi. Umat akan dilanda bencana dan kekeringan. Di saat itu Dajjal akan muncul membawa ujian. Maka daerah mana yang percaya Dajjal itu Tuhan, ia akan berkata pada awan: Hujanlah kamu di daerah ini! Lalu hujan pun turunlah dan bumi menjadi subur. Begitu juga ekonomi, perdagangan akan menjadi makmur dan stabil pada orang yang mau bersekutu dengan Dajjal. Tetapi bagi penduduk yang tidak mau bersukutu dengan Dajjal, maka mereka akan tetap berada dalam kekeringan dan kesusahan.
Dan ada diriwayatkan Pengikut Dajjal akan memiliki segunung roti (makanan) sedangkan orang yang tidak percaya dengannya berada dalam kelaparan dan kebuluran.
Dalam hal ini, para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya: “Jadi apa yg dimakan oleh orang Islam yg beriman pada hari itu wahai Rasulullah?”Nabi menjawab:”Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” (H.R IbnuMajah)
2. Seperti memiliki Syurga dan Neraka:
Di antara ujian Dajjal ialah kelihatan bersama dengannya seumpama syurga dan neraka dan juga sungai air dan sungai api. Dajjal akan menggunakan kedua-duanya ini untuk menguji iman orang Islam kerana hakikat yang benar adalah kebalikan dari apa yang kelihatan. Apa yang dikatakan Syurga itu sebenarnya Neraka dan apa yang dikatakannya Neraka itu adalah Syurga.
3. Kecepatan perjalanannya dan Negeri-Negeri yang tidak dapat dimasukinya:
Dajjal diberikan kelebihan dalam kecepatan langkah dan perjalanannya, sehingga dengan beberapa saat saja dia bisa berada disuatu tempat yang sangat jauh. Konon kecepatannya melebihi pesawat jet pada masa kini. Kami(sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana kecepatan perjalanannya diatas muka bumi ini? Nabi menjawab:”kecepatan perjalanannya adalah seperti kecepatan “Al Ghaist” (hujan atau awan) yang dipukul oleh angin yang kencang.” (H.R Muslim)
Namun demikian, Dajjal tetap tidak dapat memasuki dua Kota suci umat Islam yaitu Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah.
4. Bantuan Syaitan-Syaitan untuk memperkukuhkan kedudukannya:
Syaitan juga akan berlomba-lomba untuk membantu Dajjal. Bagi syaitan, inilah waktu yang terbaik untuk menyesatkan lebih banyak lagi anak cucu Adam a.s.
karena itu, Rasulullah SAW bersabda :
“Antara penciptaan Adam sampai hari kiamat tidak ada ciptaan yang lebih besar dari pada Dajjal.” pada riwayat lain berbunyi ,” Tidak ada urusan yang lebih besar daripada Dajjal.” (H.R.Muslim).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu beristi’adzah (meminta perlindungan kepada Allah) dari fitnah-fitnah dari empat perkara dalam sholatnya, yaitu :
1. Fitnah agama (dalam kisah ashabul kahfi)
2. Fitnah harta (dalam kisah dua pemilik kebun)
3. Fitnah ilmu ( dalam kisah nabi Musa AS dengan nabi Khidir AS)
4. Fitnah kekuasaan (dalam kisah raja Zulqarnain)
Dan keempat kisah tersebut terdapat dalam surah Al-Kahfi. Oleh karena itu, marilah dari sekarang kita baca Al-Qur’an, Khususnya surah Al-Kahfi dan beramal shaleh dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT dengan harapan mudah-mudahan Allah SWT menjauhkan kita dari keempat fitnah tersebut.
“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk.. . . ” (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)
Amal Khusus di Hari Jum’at
Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairahradliyallaahu ‘anhu, bahwa Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Membaca Surat Al-Kahfi
Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.
1. Dari Abu Sa’id al-Khudriradliyallahu ‘anhu, dari Nabishallallahu ‘alaihi wasallambersabda:
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalamTakhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
3. Dari Ibnu Umarradhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”
Kapan Membacanya?
Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Imam Al-Syafi’irahimahullahdalamAl-Ummmenyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum’at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi’i: 1/237).
Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajarrahimahullaahmengungkapkan dalamAmali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).
DR Muhammad Bakar Isma’il dalamAl-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnahmenyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at
Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)
Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karenanurr(cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
Pada surah Al-Kahfi terdapat hikmah-hikmah yang patut kita ketahui. pada surah ini, terdapat empat kisah yang sangat terkenal yaitu : kisah Ashhabul Kahfi, Kisah pemilik dua kebun, kisah nabi Musa AS dengan nabi Khidir dan kisah Zulqarnain. Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabishallallahu ‘alaihi wasallamadalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.
Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93)
Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)
Siapakah Dajjal itu?
Dajjal adala mahluk yang telah diberi peluang oleh Allah swt utk menguji umat ini dengan bermacam-macam ujian. Oleh kerana itu, Allah memberikan kepadanya beberapa kemampuan yg luar biasa. Di antara kemampuan Dajjal tersebut adalah :
1. Segala kesenangan hidup akan ada bersama dengannya.
Benda-benda beku akan mematuhinya. Sebelum kedatangan Dajjal, dunia Islam akan diuji dahulu oleh Allah dengan kemarau yang panjang selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun pertama hujan akan kurang sepertiga dari biasa dan pada tahun kedua akan kurang 2/3 dari biasa dan pada tahun ketiga hujan tidak akan turun lagi. Umat akan dilanda bencana dan kekeringan. Di saat itu Dajjal akan muncul membawa ujian. Maka daerah mana yang percaya Dajjal itu Tuhan, ia akan berkata pada awan: Hujanlah kamu di daerah ini! Lalu hujan pun turunlah dan bumi menjadi subur. Begitu juga ekonomi, perdagangan akan menjadi makmur dan stabil pada orang yang mau bersekutu dengan Dajjal. Tetapi bagi penduduk yang tidak mau bersukutu dengan Dajjal, maka mereka akan tetap berada dalam kekeringan dan kesusahan.
Dan ada diriwayatkan Pengikut Dajjal akan memiliki segunung roti (makanan) sedangkan orang yang tidak percaya dengannya berada dalam kelaparan dan kebuluran.
Dalam hal ini, para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya: “Jadi apa yg dimakan oleh orang Islam yg beriman pada hari itu wahai Rasulullah?”Nabi menjawab:”Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” (H.R IbnuMajah)
2. Seperti memiliki Syurga dan Neraka:
Di antara ujian Dajjal ialah kelihatan bersama dengannya seumpama syurga dan neraka dan juga sungai air dan sungai api. Dajjal akan menggunakan kedua-duanya ini untuk menguji iman orang Islam kerana hakikat yang benar adalah kebalikan dari apa yang kelihatan. Apa yang dikatakan Syurga itu sebenarnya Neraka dan apa yang dikatakannya Neraka itu adalah Syurga.
3. Kecepatan perjalanannya dan Negeri-Negeri yang tidak dapat dimasukinya:
Dajjal diberikan kelebihan dalam kecepatan langkah dan perjalanannya, sehingga dengan beberapa saat saja dia bisa berada disuatu tempat yang sangat jauh. Konon kecepatannya melebihi pesawat jet pada masa kini. Kami(sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana kecepatan perjalanannya diatas muka bumi ini? Nabi menjawab:”kecepatan perjalanannya adalah seperti kecepatan “Al Ghaist” (hujan atau awan) yang dipukul oleh angin yang kencang.” (H.R Muslim)
Namun demikian, Dajjal tetap tidak dapat memasuki dua Kota suci umat Islam yaitu Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah.
4. Bantuan Syaitan-Syaitan untuk memperkukuhkan kedudukannya:
Syaitan juga akan berlomba-lomba untuk membantu Dajjal. Bagi syaitan, inilah waktu yang terbaik untuk menyesatkan lebih banyak lagi anak cucu Adam a.s.
karena itu, Rasulullah SAW bersabda :
“Antara penciptaan Adam sampai hari kiamat tidak ada ciptaan yang lebih besar dari pada Dajjal.” pada riwayat lain berbunyi ,” Tidak ada urusan yang lebih besar daripada Dajjal.” (H.R.Muslim).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu beristi’adzah (meminta perlindungan kepada Allah) dari fitnah-fitnah dari empat perkara dalam sholatnya, yaitu :
1. Fitnah agama (dalam kisah ashabul kahfi)
2. Fitnah harta (dalam kisah dua pemilik kebun)
3. Fitnah ilmu ( dalam kisah nabi Musa AS dengan nabi Khidir AS)
4. Fitnah kekuasaan (dalam kisah raja Zulqarnain)
Dan keempat kisah tersebut terdapat dalam surah Al-Kahfi. Oleh karena itu, marilah dari sekarang kita baca Al-Qur’an, Khususnya surah Al-Kahfi dan beramal shaleh dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT dengan harapan mudah-mudahan Allah SWT menjauhkan kita dari keempat fitnah tersebut.
Subhanallah… Inilah Delapan Hal Agar Menghafal Al Qur’an Terasa Nikmat
Berikut ini adalah delapan hal yang insyaaAllah membuat kita merasa nikmat menghafal Al-Qur’an. Tips ini kami dapatkan dari ust. Deden Makhyaruddin yang menghafal 30 juz dalam 19 hari (setoran) dan 56 hari untuk melancarkan. Tapi uniknya, beliau mengajak kita untuk berlama-lama dalam menghafal.
Pernah beliau menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantren beliau…
“Ustadz, menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa khatam?”
“SEUMUR HIDUP”, jawab ust. Dede santai.
Meski bingung, Ibu itu tanya lagi, “Targetnya, Ustadz?”
“Targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN.”
“Mmm…kalo pencapaiannya, Ustadz?”, Ibu itu terus bertanya.
“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH”, kata ust. Deden tegas.
Menggelitik, tapi sarat makna. Prinsip beliau : CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari SYETAN.
Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu satu jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yang penting durasi satu jam.
Mau tahu lebih lanjut, yuk kita pelajari delapan prinsip dari beliau beserta sedikit penjelasan dari saya.
1. MENGHAFAL TIDAK HARUS HAFAL
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.
2. BUKAN UNTUK DIBURU-BURU, BUKAN UNTUK DITUNDA-TUNDA
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.
3. MENGHAFAL BUKAN UNTUK KHATAM, TAPI UNTUK SETIA BERSAMA QUR’AN.
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.
4. SENANG DIRINDUKAN AYAT
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.
5. MENGHAFAL SESUAP-SESUAP
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “’amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “’amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “’anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.
6. FOKUS PADA PERBEDAAN, ABAIKAN PERSAMAAN
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.
7. MENGUTAMAKAN DURASI
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…
8. PASTIKAN AYATNYA BERTAJWID
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.
NB:
Setiap point dari 1 – 8 saling terkait.
Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi. Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.
Kami yakin ada yang tidak setuju dengan uraian di atas. Pro-kontra hal yang wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan. Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama-lama berkutat dalam mencari metode menghafal yang cocok dan pas. Dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yang marketable. Percayalah, satu metode itu untuk satu orang. Si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y. Yakini saja sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.
Satu lagi seringkali teman kita menakut-nakuti, “Jangan ngafal. Awas lho, kalo lupa dosa besar”. Hey, yang dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA. Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar?
Oke ya. Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Amiin.
Selamat menghafal.
[Catatan dari Kajian Indahnya hidup dengan Menghafal dan Mentadabburi Al Quran bersama Ustadz Bachtiar Nashir dan Ustadz Deden Mukhyaruddin di Masjid Al Falah; 7/6/’15] – bersama Ustadzuna Alfan Syulukh, S.Psi., Al Hafidz]
Pernah beliau menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantren beliau…
“Ustadz, menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa khatam?”
“SEUMUR HIDUP”, jawab ust. Dede santai.
Meski bingung, Ibu itu tanya lagi, “Targetnya, Ustadz?”
“Targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN.”
“Mmm…kalo pencapaiannya, Ustadz?”, Ibu itu terus bertanya.
“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH”, kata ust. Deden tegas.
Menggelitik, tapi sarat makna. Prinsip beliau : CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari SYETAN.
Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu satu jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yang penting durasi satu jam.
Mau tahu lebih lanjut, yuk kita pelajari delapan prinsip dari beliau beserta sedikit penjelasan dari saya.
1. MENGHAFAL TIDAK HARUS HAFAL
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.
2. BUKAN UNTUK DIBURU-BURU, BUKAN UNTUK DITUNDA-TUNDA
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.
3. MENGHAFAL BUKAN UNTUK KHATAM, TAPI UNTUK SETIA BERSAMA QUR’AN.
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.
4. SENANG DIRINDUKAN AYAT
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.
5. MENGHAFAL SESUAP-SESUAP
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “’amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “’amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “’anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.
6. FOKUS PADA PERBEDAAN, ABAIKAN PERSAMAAN
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.
7. MENGUTAMAKAN DURASI
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…
8. PASTIKAN AYATNYA BERTAJWID
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.
NB:
Setiap point dari 1 – 8 saling terkait.
Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi. Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.
Kami yakin ada yang tidak setuju dengan uraian di atas. Pro-kontra hal yang wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan. Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama-lama berkutat dalam mencari metode menghafal yang cocok dan pas. Dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yang marketable. Percayalah, satu metode itu untuk satu orang. Si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y. Yakini saja sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.
Satu lagi seringkali teman kita menakut-nakuti, “Jangan ngafal. Awas lho, kalo lupa dosa besar”. Hey, yang dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA. Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar?
Oke ya. Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Amiin.
Selamat menghafal.
[Catatan dari Kajian Indahnya hidup dengan Menghafal dan Mentadabburi Al Quran bersama Ustadz Bachtiar Nashir dan Ustadz Deden Mukhyaruddin di Masjid Al Falah; 7/6/’15] – bersama Ustadzuna Alfan Syulukh, S.Psi., Al Hafidz]
Inilah Teknik Menghafal dan Murajaah Al Qur’an
Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah
yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
5. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat-shalat sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus “ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada “pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai “petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah “ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Selamat bermurajaah!
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah
yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
5. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat-shalat sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus “ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada “pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai “petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah “ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Selamat bermurajaah!
Sabtu, 30 Januari 2016
Ladang Apa yang Kita Buat, di Media Sosial Pahala atau Dosa...?
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang anak Adam mati, putuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak saleh yang berdoa untuknya," (Shahih Muslim).
Sedekah jariyah punya keterbatasan karena tergantung kemampuan finansial. Doa anak saleh juga terbatas, tergantung jumlah anak, umur anak, dan keturunannya. Namun, ilmu yang bermanfaat, dia tidak dibatasi waktu, tempat, dan manusia yang mengambil manfaat darinya. Selama masih ada manusia hidup, selama belum kiamat, peluang pahala dari ilmu yang bermanfaat insya Allah terus terbuka.
Dulu, untuk mendapat pahala dari manfaat ilmu butuh waktu panjang. Seorang guru mengajar pada 10 murid, misalnya. Lalu 10 murid mengajar pada 10 murid lain. Kalau kaderisasi berhasil, maka kebaikan di sisi-Nya bisa terus bertambah.
Setelah mesin cetak ditemukan, ilmu bisa diturunkan tanpa mengharuskan murid bertemu langsung dengan guru. Berbagai bidang yang dulu hanya diakses segelintir orang, kini menyebar luar biasa.
Bayangkan, betapa besar pahala Imam Bukhari atau Muslim yang menghimpun hadis untuk menjaga kemurniannya. Setelah berabad-abad, sampai saat ini pun pahala masih mengalir kepada mereka.
Keberadaan media sosial saat ini memiliki daya untuk melipatgandakan pahala, nyaris tanpa biaya dan lebih mudah. Tinggal berbagi inspirasi kebaikan lewat Facebook, Twitter, atau jejaring sosial lain. Semakin tersebar, semakin berganda pula pahala kita. Subhanallah.
Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala-pahala mereka." (HR Muslim).
Sayangnya, ada sebagian orang yang memilih menjadikan media sosial sebagai sarana penabur keburukan: mencela, mengolok-olok, memfitnah, bahkan pada taraf tertentu membunuh karakter orang lain. Lucunya, tidak sedikit yang mengira mereka bakal bebas begitu saja karena menggunakan akun palsu. Dari hukum dunia mungkin, tetapi Allah tahu siapa manusia di balik akun yang berbuat keburukan dan ada konsekuensi untuk itu.
Allah SWT bahkan memberi fasilitas bagi korban fitnah untuk mengambil pahala yang memfitnah di akhirat nanti. Jika pahala habis maka dosa yang difitnah dialihkan ke orang yang menfitnahnya.
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memliki harta benda."
Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat, dan pahala hajinya, tetapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara bathil), dan dia memukul orang lain. Maka sebagai tebusan atas kezalimannya, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang dizaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal salehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. Dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."
Kata Rasulullah SAW selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.” (HR Muslim).
Dalam konteks zaman dulu, tanpa medsos, orang yang menuduh tanpa bukti bisa bangkrut di akhirat, apalagi jika mereka melakukannya di media sosial. Semakin banyak follower, maka yang terpengaruh tuduhannya pun bertambah, belum jika mereka lalu me-retwit atau share?
"Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya dengan tidak mengurangi sedikit pun dosa-dosa mereka." (HR Muslim). Amal yang tak seberapa semoga tak menguap sia-sia.
Hal yang sama berlaku bagi para penulis. Jika baru lansiran media, katakan tanpa dipelintir. Jika ada bantahan, cantumkan agar berimbang. Tak ada kesalahan, sekecil apa pun yang Allah SWT akan luput menghitungnya. Terlebih jika mereka yang difitnah tidak bersedia memaafkan, maka ini menjadi tabungan yang kelak akan menyedot amal sang pemfitnah. Jika dulu gosip cuma didengar satu dua orang, di era medsos kabar menyebar seperti multilevel, mencapai ribuan bahkan jutaan orang.
Pertanyaannya, seberapa besarkah tabungan amal yang dimiliki seorang hamba hingga berani menyebarkan ketidakbenaran? Bijak sebelum menuding di media sosial, pun keseharian. Berlindung kepada Allah SWT dari menjadi agen gibah dan fitnah. Pastikan kebenaran informasi dan hikmahnya untuk diri juga umat.
Postingan-Postingan Di Blog ini adalah salah satu Usaha untuk mendapat Pahala yang Mengalir Itu... Walau Sebagian Hanyalah Hasil Share/Copas.. Tapi Pada intinya Menyebar luaskan Kebajikan dan Ilmu Pengetahuan.
Sedekah jariyah punya keterbatasan karena tergantung kemampuan finansial. Doa anak saleh juga terbatas, tergantung jumlah anak, umur anak, dan keturunannya. Namun, ilmu yang bermanfaat, dia tidak dibatasi waktu, tempat, dan manusia yang mengambil manfaat darinya. Selama masih ada manusia hidup, selama belum kiamat, peluang pahala dari ilmu yang bermanfaat insya Allah terus terbuka.
Dulu, untuk mendapat pahala dari manfaat ilmu butuh waktu panjang. Seorang guru mengajar pada 10 murid, misalnya. Lalu 10 murid mengajar pada 10 murid lain. Kalau kaderisasi berhasil, maka kebaikan di sisi-Nya bisa terus bertambah.
Setelah mesin cetak ditemukan, ilmu bisa diturunkan tanpa mengharuskan murid bertemu langsung dengan guru. Berbagai bidang yang dulu hanya diakses segelintir orang, kini menyebar luar biasa.
Bayangkan, betapa besar pahala Imam Bukhari atau Muslim yang menghimpun hadis untuk menjaga kemurniannya. Setelah berabad-abad, sampai saat ini pun pahala masih mengalir kepada mereka.
Keberadaan media sosial saat ini memiliki daya untuk melipatgandakan pahala, nyaris tanpa biaya dan lebih mudah. Tinggal berbagi inspirasi kebaikan lewat Facebook, Twitter, atau jejaring sosial lain. Semakin tersebar, semakin berganda pula pahala kita. Subhanallah.
Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala-pahala mereka." (HR Muslim).
Sayangnya, ada sebagian orang yang memilih menjadikan media sosial sebagai sarana penabur keburukan: mencela, mengolok-olok, memfitnah, bahkan pada taraf tertentu membunuh karakter orang lain. Lucunya, tidak sedikit yang mengira mereka bakal bebas begitu saja karena menggunakan akun palsu. Dari hukum dunia mungkin, tetapi Allah tahu siapa manusia di balik akun yang berbuat keburukan dan ada konsekuensi untuk itu.
Allah SWT bahkan memberi fasilitas bagi korban fitnah untuk mengambil pahala yang memfitnah di akhirat nanti. Jika pahala habis maka dosa yang difitnah dialihkan ke orang yang menfitnahnya.
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memliki harta benda."
Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat, dan pahala hajinya, tetapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara bathil), dan dia memukul orang lain. Maka sebagai tebusan atas kezalimannya, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang dizaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal salehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. Dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."
Kata Rasulullah SAW selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.” (HR Muslim).
Dalam konteks zaman dulu, tanpa medsos, orang yang menuduh tanpa bukti bisa bangkrut di akhirat, apalagi jika mereka melakukannya di media sosial. Semakin banyak follower, maka yang terpengaruh tuduhannya pun bertambah, belum jika mereka lalu me-retwit atau share?
"Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya dengan tidak mengurangi sedikit pun dosa-dosa mereka." (HR Muslim). Amal yang tak seberapa semoga tak menguap sia-sia.
Hal yang sama berlaku bagi para penulis. Jika baru lansiran media, katakan tanpa dipelintir. Jika ada bantahan, cantumkan agar berimbang. Tak ada kesalahan, sekecil apa pun yang Allah SWT akan luput menghitungnya. Terlebih jika mereka yang difitnah tidak bersedia memaafkan, maka ini menjadi tabungan yang kelak akan menyedot amal sang pemfitnah. Jika dulu gosip cuma didengar satu dua orang, di era medsos kabar menyebar seperti multilevel, mencapai ribuan bahkan jutaan orang.
Pertanyaannya, seberapa besarkah tabungan amal yang dimiliki seorang hamba hingga berani menyebarkan ketidakbenaran? Bijak sebelum menuding di media sosial, pun keseharian. Berlindung kepada Allah SWT dari menjadi agen gibah dan fitnah. Pastikan kebenaran informasi dan hikmahnya untuk diri juga umat.
Postingan-Postingan Di Blog ini adalah salah satu Usaha untuk mendapat Pahala yang Mengalir Itu... Walau Sebagian Hanyalah Hasil Share/Copas.. Tapi Pada intinya Menyebar luaskan Kebajikan dan Ilmu Pengetahuan.
Awas! 10 Perilaku Ini Bisa Batalkan Syahadat mu
Salah satu rukun Islam dan menjadi kunci pertama Islam adalah Syahadat. Meski telah memeluk agama islam, syahadat yang kita ucapkan dalam setiap shalat ternyata bisa batal dan mengakibatkan kita menjadi seorang yang kafir. Sebagian kita mungkin tidak menyadari bahwa kelakukan ataupun perilaku yang dilakukan ternyata bisa menjadi sebab batalnya syahadat.
Batalnya syahadat akan berpengaruh pada amalan yang kita lakukan sehingga sebagus apapun amalan dan sebanyak apapun amalan shaleh tetap akan hangus dan merugi. Ini karena syahadat menjadi pondasi utama diterimanya sebuah amal shaleh.
Untuk itu penting bagi kita semua mengetahui sebab-sebab yang menjadikan syahadat menjadi batal. Sehingga kita mampu menghindarinya dan amalan yang kita lakukan tidak menjadi hangus.
1. Berbuat Syirik
Syirik merupakan sebuah dosa besar yang tidak mendapat pengampunan dari Allah. Secara harfiah, syirik berarti menduakan Allah dan mengakui adanya kuasa serta kekuatan selain milik Allah.
Syirik sendiri dibagi menjadi dua yakni syirik kecil dan besar. Syirik besar adalah mengakui adanya Tuhan selain Allah. Sementara syirik kecil terjadi karena mengakui adanya kekuatan yang lebih hebat selain Allah seperti percaya kepada jimat, batu-batuan dan dukun serta bangga dengan diri sendiri (riya). Namun ia masih tetap mengerjakan kewajibannya.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, otomatis kita telah membatalkan syahadat meski hanya berupa syirik kecil.
2. Murtad (Keluar Dari Keislaman)
Sangat jelas bahwa dengan murtad, maka seseorang telah keluar dari Al Islam. Dengan kata lain, syahadat yang telah terucap langsung batal. Amalan yang dahulu dibanggakan pun hanya tinggal nama tanpa ada bukti di hadapan Allah karena telah hangus dan tiada guna.
3. Ragu-ragu Dalam Menganggap Orang Lain Kafir
Bagi kita orang islam, sudah selayaknya meyakini bahwa agama yang Allah ridhai hanyalah Islam. Sehingga bagi sebagian kita yang masih percaya dengan agama selain Islam, maka batal sudah syahadatnya karena Allah dan RasulNya sendiri telah menyebut mereka semua itu adalah kafir.
4. Meyakini Hukum Thagut Yang Paling Baik
Sudah sewajarnya umat muslim patuh dengan hukum yang telah Allah tetapkan. Sedangkan dengan meyakini bahwa ada hukum lain buatan manusia yang lebih baik dari hukum Allah dan mengesampingkan hukum syariat, maka syahadat yang diucapkannya dianggap batal.
Yakinlah bahwa hukum Allah adalah hukum yang mensejahterakan dan membawa kemaslahatan bagi setiap manusia.
5. Benci Dengan Sunah Rasul
Bagi yang mencintai Rasulullah haruslah mengikuti semua sunah yang beliau lakukan. Tak ada sunah yang dicontohkannya melainkan merupakan sebuah kebaikan dan terdapat manfaat di dalamnya. Sedikit saja tidak mengakui atau membenci sunah Rasul tersebut, maka bersiap-siaplah untuk menerima kenyataan bahwa syahadat yang ada dalam diri telah batal.
6. Mengolok-Olok Agama Islam
Banyak kita lihat kini umat Islam yang justru mengolok-olok agamanya sendiri sehingga tidak pantas orang tersebut disebut sebagai muslim.
Sebagai umat Islam yang sesungguhnya, sudah menjadi keharusan apabila kita mengagungkan hukum dan syariat yang telah Allah buat. Dengan mengolok-olok agama Islam, berarti kita telah mengolok-olok Allah yang menciptakan sistem Al Islam tersebut. Beranikah kita mengolok-olok Allah SWT?
7. Melakukan Dan Menggunakan Sihir
Melakukan sihir berarti juga kita telah melakukan sebuah persekutuan dengan jin dan setan. Dengan kata lain, bersekutu dengan setan membuktikan bahwa kita telah mengakui adanya kekuatan selain Allah yang lebih kuat dan akhirnya syahadat yang kita ucapkan setiap shalat musnah sudah. Bahkan akan mendapatkan laknat Allah karena bersekutu dengan iblis la’natullah.
8. Membantu Orang Kafir Untuk Memerangi Muslimin
Jika kita mengaku umat Islam namun justru membantu orang kafir yang ingin memerangi kaum muslimin, maka berarti kita telah khianat dan syahadat yang menjadi pondasi Islam dalam diri sudah tidak berguna lagi.
Sebagai contoh adalah memilih pemimpin yang justru berusaha untuk memerangi umat Islam. Jadi berhati-hatilah dalam berbuat terutama menyangkut pilih memilih pemimpin.
9. Meyakini Bisa Keluar Dari Syariat Islam
Umat Islam yang mengaku bahwa dirinya bisa bebas keluar dari syariat yang telah Rasulullah contohkan, maka menurut hukum islam dianggap telah keluar dari syahadat yang ia ucapkan. Jika merasa bisa bebas keluar dari syariat, itu berarti ia tidak mengakui Rasulullah yang diutus Allah untuk mengaplikasikan syariat Islam tersebut.
Contoh nyata yang bisa kita lihat di media TV adalah orang-orang yang mengaku menjadi Nabi ataupun titisan Jibril dan memperbolehkan pengikutnya untuk keluar dari syariat Islam seperti tidak perlu shalat, puasa ataupun ibadah-ibadah yang Islam anjurkan.
10. Tidak Mempelajari Dan Mengamalkan Ajaran Islam
Seorang muslim yang enggan untuk melakukan shalat, puasa dan justru sering berbuat maksiat, maka orang tersebut tidak pantas disebut sebagai seorang muslim. Syahadat yang diucapkannya hanya manis di bibir saja dan hanya sekedar pengakuan bohong. Maka oleh sebab itu, pelajari dan amalkan setiap ilmu dalam Islam jika tidak ingin syahadat kita menjadi batal.
Jadi sudahkah kita mengoreksi diri kita dan membandingkannya dengan poin-poin diatas? Jika ternyata perilaku dan perbuatan kita ada dalam barisan poin diatas, bertaubatlah dan mulailah perbaiki amalan dan perilaku kita.
Janganlah menganggap bahwa syahadat hanya sebuah ucapan tanpa tanggung jawab karena syahadat merupakan gabungan dari janji dan sumpah kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam
Batalnya syahadat akan berpengaruh pada amalan yang kita lakukan sehingga sebagus apapun amalan dan sebanyak apapun amalan shaleh tetap akan hangus dan merugi. Ini karena syahadat menjadi pondasi utama diterimanya sebuah amal shaleh.
Untuk itu penting bagi kita semua mengetahui sebab-sebab yang menjadikan syahadat menjadi batal. Sehingga kita mampu menghindarinya dan amalan yang kita lakukan tidak menjadi hangus.
1. Berbuat Syirik
Syirik merupakan sebuah dosa besar yang tidak mendapat pengampunan dari Allah. Secara harfiah, syirik berarti menduakan Allah dan mengakui adanya kuasa serta kekuatan selain milik Allah.
Syirik sendiri dibagi menjadi dua yakni syirik kecil dan besar. Syirik besar adalah mengakui adanya Tuhan selain Allah. Sementara syirik kecil terjadi karena mengakui adanya kekuatan yang lebih hebat selain Allah seperti percaya kepada jimat, batu-batuan dan dukun serta bangga dengan diri sendiri (riya). Namun ia masih tetap mengerjakan kewajibannya.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, otomatis kita telah membatalkan syahadat meski hanya berupa syirik kecil.
2. Murtad (Keluar Dari Keislaman)
Sangat jelas bahwa dengan murtad, maka seseorang telah keluar dari Al Islam. Dengan kata lain, syahadat yang telah terucap langsung batal. Amalan yang dahulu dibanggakan pun hanya tinggal nama tanpa ada bukti di hadapan Allah karena telah hangus dan tiada guna.
3. Ragu-ragu Dalam Menganggap Orang Lain Kafir
Bagi kita orang islam, sudah selayaknya meyakini bahwa agama yang Allah ridhai hanyalah Islam. Sehingga bagi sebagian kita yang masih percaya dengan agama selain Islam, maka batal sudah syahadatnya karena Allah dan RasulNya sendiri telah menyebut mereka semua itu adalah kafir.
4. Meyakini Hukum Thagut Yang Paling Baik
Sudah sewajarnya umat muslim patuh dengan hukum yang telah Allah tetapkan. Sedangkan dengan meyakini bahwa ada hukum lain buatan manusia yang lebih baik dari hukum Allah dan mengesampingkan hukum syariat, maka syahadat yang diucapkannya dianggap batal.
Yakinlah bahwa hukum Allah adalah hukum yang mensejahterakan dan membawa kemaslahatan bagi setiap manusia.
5. Benci Dengan Sunah Rasul
Bagi yang mencintai Rasulullah haruslah mengikuti semua sunah yang beliau lakukan. Tak ada sunah yang dicontohkannya melainkan merupakan sebuah kebaikan dan terdapat manfaat di dalamnya. Sedikit saja tidak mengakui atau membenci sunah Rasul tersebut, maka bersiap-siaplah untuk menerima kenyataan bahwa syahadat yang ada dalam diri telah batal.
6. Mengolok-Olok Agama Islam
Banyak kita lihat kini umat Islam yang justru mengolok-olok agamanya sendiri sehingga tidak pantas orang tersebut disebut sebagai muslim.
Sebagai umat Islam yang sesungguhnya, sudah menjadi keharusan apabila kita mengagungkan hukum dan syariat yang telah Allah buat. Dengan mengolok-olok agama Islam, berarti kita telah mengolok-olok Allah yang menciptakan sistem Al Islam tersebut. Beranikah kita mengolok-olok Allah SWT?
7. Melakukan Dan Menggunakan Sihir
Melakukan sihir berarti juga kita telah melakukan sebuah persekutuan dengan jin dan setan. Dengan kata lain, bersekutu dengan setan membuktikan bahwa kita telah mengakui adanya kekuatan selain Allah yang lebih kuat dan akhirnya syahadat yang kita ucapkan setiap shalat musnah sudah. Bahkan akan mendapatkan laknat Allah karena bersekutu dengan iblis la’natullah.
8. Membantu Orang Kafir Untuk Memerangi Muslimin
Jika kita mengaku umat Islam namun justru membantu orang kafir yang ingin memerangi kaum muslimin, maka berarti kita telah khianat dan syahadat yang menjadi pondasi Islam dalam diri sudah tidak berguna lagi.
Sebagai contoh adalah memilih pemimpin yang justru berusaha untuk memerangi umat Islam. Jadi berhati-hatilah dalam berbuat terutama menyangkut pilih memilih pemimpin.
9. Meyakini Bisa Keluar Dari Syariat Islam
Umat Islam yang mengaku bahwa dirinya bisa bebas keluar dari syariat yang telah Rasulullah contohkan, maka menurut hukum islam dianggap telah keluar dari syahadat yang ia ucapkan. Jika merasa bisa bebas keluar dari syariat, itu berarti ia tidak mengakui Rasulullah yang diutus Allah untuk mengaplikasikan syariat Islam tersebut.
Contoh nyata yang bisa kita lihat di media TV adalah orang-orang yang mengaku menjadi Nabi ataupun titisan Jibril dan memperbolehkan pengikutnya untuk keluar dari syariat Islam seperti tidak perlu shalat, puasa ataupun ibadah-ibadah yang Islam anjurkan.
10. Tidak Mempelajari Dan Mengamalkan Ajaran Islam
Seorang muslim yang enggan untuk melakukan shalat, puasa dan justru sering berbuat maksiat, maka orang tersebut tidak pantas disebut sebagai seorang muslim. Syahadat yang diucapkannya hanya manis di bibir saja dan hanya sekedar pengakuan bohong. Maka oleh sebab itu, pelajari dan amalkan setiap ilmu dalam Islam jika tidak ingin syahadat kita menjadi batal.
Jadi sudahkah kita mengoreksi diri kita dan membandingkannya dengan poin-poin diatas? Jika ternyata perilaku dan perbuatan kita ada dalam barisan poin diatas, bertaubatlah dan mulailah perbaiki amalan dan perilaku kita.
Janganlah menganggap bahwa syahadat hanya sebuah ucapan tanpa tanggung jawab karena syahadat merupakan gabungan dari janji dan sumpah kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam
Bagaimana Keadaan Ruh Setelah Manusia Meninggal Dunia?
Bagaimana Keadaan Ruh Setelah Manusia Meninggal Dunia?
Apakah Anda mengetahui bagaimana kondisi ruh kita jika telah meninggal dunia nanti? Apa saja yang akan dilakukan oleh ruh? Apakah dia akan bagaikan orang yang hidup di dunia? Wallahu Alam.
Namun, agar kita mengetahuinya, 1400 tahun silam Rasulullah SAW telah banyak menerangkan pada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh. Berikut ini penjelasannya berdasarkan hadits-hadits Nabi.
1. "Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai Surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasy’,"(HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
2. "Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu"(HR. Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya.
"Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: ‘Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rasulullah SAW?’ Rasulullah SAW menjawab, Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing"(HR. Ahmad dan Thabrani).
4. Orang yang telah meninggal merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda: "Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendo’akannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu,";(HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubur).
5. Orang yang telah meninggal mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka.
Hal ini sesuai berdasarkan sabda Nabi SAW:
a. Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami,"(HR. Ahmad dalam musnadnya).
b. "Seluruh amal perbuatan akan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orang tua pada hari Jumat. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang yang telah meninggal dunia,"(HR. Tirmidzi dalam kitab Nawadirul Ushul).
5. Orang yang beriman akan hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturunan mereka yang sholih.
Hal ini telah dijelaskan Allah SWT dalam QS. At-Thur: 21, "Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Apakah Anda mengetahui bagaimana kondisi ruh kita jika telah meninggal dunia nanti? Apa saja yang akan dilakukan oleh ruh? Apakah dia akan bagaikan orang yang hidup di dunia? Wallahu Alam.
Namun, agar kita mengetahuinya, 1400 tahun silam Rasulullah SAW telah banyak menerangkan pada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh. Berikut ini penjelasannya berdasarkan hadits-hadits Nabi.
1. "Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai Surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasy’,"(HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
2. "Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu"(HR. Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya.
"Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: ‘Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rasulullah SAW?’ Rasulullah SAW menjawab, Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing"(HR. Ahmad dan Thabrani).
4. Orang yang telah meninggal merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda: "Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendo’akannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu,";(HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubur).
5. Orang yang telah meninggal mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka.
Hal ini sesuai berdasarkan sabda Nabi SAW:
a. Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami,"(HR. Ahmad dalam musnadnya).
b. "Seluruh amal perbuatan akan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orang tua pada hari Jumat. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang yang telah meninggal dunia,"(HR. Tirmidzi dalam kitab Nawadirul Ushul).
5. Orang yang beriman akan hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturunan mereka yang sholih.
Hal ini telah dijelaskan Allah SWT dalam QS. At-Thur: 21, "Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Di Gua Inilah Ashabul Kahfi Tertidur Selama 309 Tahun
Gua Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok pemuda yang hidup pada masa beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzolim bernama Diqyanus. Ketika raja mengetahui ada sekelompok pemuda yang tidak mau menyembah berhala, maka raja tersebut marah kemudian memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk menyembah berhala. Namun Ashabul Kahfi menolak perintah raja tersebut dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Waktu mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai untuk bersembunyi.
Dalam alqur'an surat Al-Kahfi, Allah SWT menyebutkan kembali 3 kisah di masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khaidir as serta kisah Dzulqarnain. Surat tersebut dinamakan Alkahfi karena banyak menyebut tentang kisah itu. dan hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena terdapat kisah Ashabul Kahfi di surat itu, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.
Kisah tentang ashabul kahfi ini bukanlah lelucon, dongeng atau hanya sebuah rekayasa fiktif . Secara historis atau sebab turunnya ayat di surat alkahfi tersebut punya hubungan erat dengan kegelisahan Nabi Muhammad Saw saat ditanya oleh beberapa orang Yahudi untuk membuktikannya bahwa Beliau memang seorang Nabi Utusan Allah. Kaum Yahudi ini bertanya, wahai Muhammad, tolong ceritakan kepada kami tentang kisah 7 pemuda yang mengasingkan diri untuk mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT, jika engkau sanggup menceritakan dengan benar maka kami juga akan mengikuti ajaranmu dan menjadi bagian dari Islam.
Kemudian Nabi Muhammad Saw memohon pertolongan pada Allah SWT dan beberapa saat kemudian beliau mendapat wahyu yang berisi penjelasan kisah ashabul kahfi atau cerita tentang 7 pemuda yang ditanyakan oleh orang yahudi tersebut.
Dan dibawah ini adalah beberapa gambar gua yang dijadikan tempat bersembunyi oleh Ashabul Kahfi, gua ini terletak di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania.
Dalam alqur'an surat Al-Kahfi, Allah SWT menyebutkan kembali 3 kisah di masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khaidir as serta kisah Dzulqarnain. Surat tersebut dinamakan Alkahfi karena banyak menyebut tentang kisah itu. dan hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena terdapat kisah Ashabul Kahfi di surat itu, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.
Kisah tentang ashabul kahfi ini bukanlah lelucon, dongeng atau hanya sebuah rekayasa fiktif . Secara historis atau sebab turunnya ayat di surat alkahfi tersebut punya hubungan erat dengan kegelisahan Nabi Muhammad Saw saat ditanya oleh beberapa orang Yahudi untuk membuktikannya bahwa Beliau memang seorang Nabi Utusan Allah. Kaum Yahudi ini bertanya, wahai Muhammad, tolong ceritakan kepada kami tentang kisah 7 pemuda yang mengasingkan diri untuk mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT, jika engkau sanggup menceritakan dengan benar maka kami juga akan mengikuti ajaranmu dan menjadi bagian dari Islam.
Kemudian Nabi Muhammad Saw memohon pertolongan pada Allah SWT dan beberapa saat kemudian beliau mendapat wahyu yang berisi penjelasan kisah ashabul kahfi atau cerita tentang 7 pemuda yang ditanyakan oleh orang yahudi tersebut.
Dan dibawah ini adalah beberapa gambar gua yang dijadikan tempat bersembunyi oleh Ashabul Kahfi, gua ini terletak di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania.
Ajaib.. 3 Bayi Ini Bisa Berbicara Untuk Membela Ibunya
Gambar Ilutrasi.
Sahabat muslimah yang telah memiliki buah hati maupun memiliki saudara yang memiliki baby pastilah senang. Apa lagi melihat perkembangan baby. Sangatlah menggemaskan disaat melihatnya. Seolah semua polah tingkahnya tidak pernah habis untuk dibahas.
Namun disisi lain, sering kita bertanya dalam hati dikala ada perkembangan baby yang agak berbeda dengan yang lain baik lebih cepat maupun agak lambat bertanya siapa ibunya. Secara logika bunda sebagai tempat pembuahan dan tempat berkembangnya janin dalam waktu sembilan bulan sepuluh hari dalam keadaan normal sangatlah mungkin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Apa lagi penelitian terbaru membuktikan bahwa yang mempengaruhi kecerdasan janin adalah bunda.
Namun sesungguhnya itu tidaklah suatu kemutlakan. Karena sesungguhnya setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Mereka akan memiliki keutamaan masing-masing. Baik itu merupakan anak sah dari pasangan suami istri maupun hasil dari pembuahan yang tidak dibenarkan secara syar'i. Semua kembali kepada Allah dan kembali pada baby itu sendiri bila berdo'a untuk kebaikan atas dirinya.
Rosululloh telah memberikan tiga contoh bayi yang mengungkapkan suatu kebaikan dengan latar belakang ibu yang berbeda-beda. Yang satu memiliki ibu sholihah yang terjaga kehormatannya, yang kedua memiliki ibu yang biasa biasa saja dan yang ketiga memiliki ibu seorang pelacur. Namun ketiga bayi tersebut sama-sama ajaibnya. Mereka mengungkapkan kalimat kebenaran dengan izin Allah.
Dalam riwayat Mutafakun Alaihi (Bukhori Muslim) Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi". Ketiga bayi tersebut adalah:
Pertama, Bayi Isa bin Maryam
Nabi Isa as terlahir dari seorang ibu yang sholihah dan terjaga kehormatannya. Seorang ibu yang setiap hari berdiam di dalam masjid Allah. Dikala masih dalam buaian ibu, nabi Isa telah mengungkapkan kalimat kebenaran dikala membela ibunya yang dituduh oleh kaumnya melakukan suatu perbuatan yang terlarang (zina) sebagaimana yang terdapat dalam suroh Maryam ayat 28 - 34.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",(28) Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"(29) Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,(30) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;(31) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (32) Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".(33) Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (34)
Subhanallah... Maha benar Allah atas segala firman-Nya.
Kedua, Bayi dalam Perkara Juraij
Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat tersebut. Ketika sedang melaksanakan shalat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; "Hai Juraij!" Juraij bertanya dalam hati; "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?" Akhirnya ia pun meneruskan shalatnya itu, hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunnah. Kemudian ibunya memanggilnya; "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati; "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku?" Lalu Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat sunnah. Seperti biasa ibunya memanggil; "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati; "Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi seruan ibuku?" Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan ibunya. Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya.
Hingga tak lama kemudian ibunya pun berdoa kepada Allah; "Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!" Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang cantik berkata; "Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: "Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil. Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; "Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij."
Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya.
Lalu Juraij bertanya kepada mereka; "Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku?" Mereka menjawab; "Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu".
Juraij berseru; "Dimanakah bayi itu?" Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu dan menyentuh perutnya dengan jari tangannya seraya bertanya; "Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu?"
Subhanallah...
Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; "Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala".
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya. Setelah itu mereka pun berkata: "Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas".Namun Juraij menolak dan berkata; "Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat". Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah itu seperti semula.
Ketiga, Seorang Bayi Sedang Menyusu kepada Ibunya
Suatu hari dikala bayi tersebut menyusu pada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang gagah dan berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata; "Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan tunggangan itu!" Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil berkata; "Ya Allah ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!" Setelah itu, bayi tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya. Abu Hurairah berkata; "Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan mulut beliau."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meneruskan sabdanya: "Pada suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli seorang wanita seraya berkata; 'Kamu wanita tidak tahu diuntung. Kamu telah berzina dan mencuri.' Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; 'Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolongku.' Kemudian ibu bayi itu berkata; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ' Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata; 'Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku sepertinya!"
Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya; "Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu kamu berdoa kepada Allah; 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! Kemudian tadi, ketika ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ' Tetapi kamu malah berkata; 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu! ' Mendengar pernyataan ibunya itu, sang bayi pun menjawab; 'Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang diktator hingga aku mengucapkan; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ' Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa; 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!"
Dari hadits yang sangat panjang ini, kita dapat mengambil ibroh, bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi jika Allah SWT berkehendak maka pasti akan terjadi. Sesungguhnya kebaikan itu bisa datang dari siapa saja. Tidak memandang dari mana dia berasal dan seperti apa perbuatan orang tuanya. Suatu kebenaran adalah kebenaran, dengan izin Allah kebenaran akan ditampakkan.
Kita sebagai orang tua berkewajiban mengasuh anak sebaik-baiknya. Semoga anak yang menjadi amanah Allah mampu kita jaga dengan rasa penuh tanggung jawab. Dan yakinlah, sesungguhnya bayi yang terlahir pastilah memiliki kelebihan masih-masih, dan inilah sebenarnya tugas orang tua. Menggali dan mencari kelebihan atas buah hati yang diamanahkan dengan berselimut fitrah. Wallahua'lam bisshowab....
Sahabat muslimah yang telah memiliki buah hati maupun memiliki saudara yang memiliki baby pastilah senang. Apa lagi melihat perkembangan baby. Sangatlah menggemaskan disaat melihatnya. Seolah semua polah tingkahnya tidak pernah habis untuk dibahas.
Namun disisi lain, sering kita bertanya dalam hati dikala ada perkembangan baby yang agak berbeda dengan yang lain baik lebih cepat maupun agak lambat bertanya siapa ibunya. Secara logika bunda sebagai tempat pembuahan dan tempat berkembangnya janin dalam waktu sembilan bulan sepuluh hari dalam keadaan normal sangatlah mungkin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Apa lagi penelitian terbaru membuktikan bahwa yang mempengaruhi kecerdasan janin adalah bunda.
Namun sesungguhnya itu tidaklah suatu kemutlakan. Karena sesungguhnya setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Mereka akan memiliki keutamaan masing-masing. Baik itu merupakan anak sah dari pasangan suami istri maupun hasil dari pembuahan yang tidak dibenarkan secara syar'i. Semua kembali kepada Allah dan kembali pada baby itu sendiri bila berdo'a untuk kebaikan atas dirinya.
Rosululloh telah memberikan tiga contoh bayi yang mengungkapkan suatu kebaikan dengan latar belakang ibu yang berbeda-beda. Yang satu memiliki ibu sholihah yang terjaga kehormatannya, yang kedua memiliki ibu yang biasa biasa saja dan yang ketiga memiliki ibu seorang pelacur. Namun ketiga bayi tersebut sama-sama ajaibnya. Mereka mengungkapkan kalimat kebenaran dengan izin Allah.
Dalam riwayat Mutafakun Alaihi (Bukhori Muslim) Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi". Ketiga bayi tersebut adalah:
Pertama, Bayi Isa bin Maryam
Nabi Isa as terlahir dari seorang ibu yang sholihah dan terjaga kehormatannya. Seorang ibu yang setiap hari berdiam di dalam masjid Allah. Dikala masih dalam buaian ibu, nabi Isa telah mengungkapkan kalimat kebenaran dikala membela ibunya yang dituduh oleh kaumnya melakukan suatu perbuatan yang terlarang (zina) sebagaimana yang terdapat dalam suroh Maryam ayat 28 - 34.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",(28) Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"(29) Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,(30) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;(31) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (32) Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".(33) Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (34)
Subhanallah... Maha benar Allah atas segala firman-Nya.
Kedua, Bayi dalam Perkara Juraij
Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat tersebut. Ketika sedang melaksanakan shalat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; "Hai Juraij!" Juraij bertanya dalam hati; "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku?" Akhirnya ia pun meneruskan shalatnya itu, hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunnah. Kemudian ibunya memanggilnya; "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati; "Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku?" Lalu Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat sunnah. Seperti biasa ibunya memanggil; "Hai Juraij!" Kata Juraij dalam hati; "Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi seruan ibuku?" Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan ibunya. Tentunya hal ini membuat kecewa hati ibunya.
Hingga tak lama kemudian ibunya pun berdoa kepada Allah; "Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur!" Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang cantik berkata; "Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: "Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil. Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; "Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij."
Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya.
Lalu Juraij bertanya kepada mereka; "Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku?" Mereka menjawab; "Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu".
Juraij berseru; "Dimanakah bayi itu?" Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu dan menyentuh perutnya dengan jari tangannya seraya bertanya; "Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu?"
Subhanallah...
Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; "Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala".
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: 'Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya. Setelah itu mereka pun berkata: "Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas".Namun Juraij menolak dan berkata; "Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat". Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah itu seperti semula.
Ketiga, Seorang Bayi Sedang Menyusu kepada Ibunya
Suatu hari dikala bayi tersebut menyusu pada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang gagah dan berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata; "Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan tunggangan itu!" Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil berkata; "Ya Allah ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!" Setelah itu, bayi tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya. Abu Hurairah berkata; "Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan mulut beliau."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meneruskan sabdanya: "Pada suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli seorang wanita seraya berkata; 'Kamu wanita tidak tahu diuntung. Kamu telah berzina dan mencuri.' Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; 'Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolongku.' Kemudian ibu bayi itu berkata; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ' Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata; 'Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku sepertinya!"
Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya; "Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu kamu berdoa kepada Allah; 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! Kemudian tadi, ketika ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ' Tetapi kamu malah berkata; 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu! ' Mendengar pernyataan ibunya itu, sang bayi pun menjawab; 'Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang diktator hingga aku mengucapkan; 'Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ' Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa; 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!"
Dari hadits yang sangat panjang ini, kita dapat mengambil ibroh, bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi jika Allah SWT berkehendak maka pasti akan terjadi. Sesungguhnya kebaikan itu bisa datang dari siapa saja. Tidak memandang dari mana dia berasal dan seperti apa perbuatan orang tuanya. Suatu kebenaran adalah kebenaran, dengan izin Allah kebenaran akan ditampakkan.
Kita sebagai orang tua berkewajiban mengasuh anak sebaik-baiknya. Semoga anak yang menjadi amanah Allah mampu kita jaga dengan rasa penuh tanggung jawab. Dan yakinlah, sesungguhnya bayi yang terlahir pastilah memiliki kelebihan masih-masih, dan inilah sebenarnya tugas orang tua. Menggali dan mencari kelebihan atas buah hati yang diamanahkan dengan berselimut fitrah. Wallahua'lam bisshowab....
Sejarah & Arti Nama-Nama Bulan Hijriyah
Kalender Islam menggunakan Penanggalan Hijriyah atau peredaran bulan sebagai patokannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khattab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29 – 30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata’ala:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa" (QS : At Taubah: 36)
Sebelumnya, orang arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun gajah.
Abu Musa Al-Asy'ari sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhah bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).
Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw.
Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu di bangsa Arab.
Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya. Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:
MUHARRAMartinya: yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
SHAFARartinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
RABI’UL AWALartinya: berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
RABIU’UL AKHIRartinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
JUMADIL AWALnama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
JUMADIL AKHIR, artinya: musim kemarau yang penghabisan.
RAJAB, artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
SYA’BANartinya: berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).
RAMADHANartinya: sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa penting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaum muslimin dapat menaklukkan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekjah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
SYAWWALartinya: kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang mernbahagiakan.
DZULQAIDAHberasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan duduk-duduk di rumah.
DZULHIJJAHartinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.
Demikian Sejarah & Arti Nama-Nama Bulan Hijriyah, semoga semakin menambahkan pengetahuan kita tentang sejarah dan kebudayaan Islam di jaman Rasulullah SAW.
Related Posts :
Inilah 77 Keistim ewaan Kota Madinah
77 Keistimewaan Kota Madinah - Mayoritas kaum muslimin yang melaksanakan ibadah umrah dan haji, pasti akan menyempatkan diri untuk berziarah…
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khattab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29 – 30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata’ala:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa" (QS : At Taubah: 36)
Sebelumnya, orang arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun gajah.
Abu Musa Al-Asy'ari sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhah bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).
Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw.
Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu di bangsa Arab.
Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya. Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:
MUHARRAMartinya: yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
SHAFARartinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
RABI’UL AWALartinya: berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
RABIU’UL AKHIRartinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
JUMADIL AWALnama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
JUMADIL AKHIR, artinya: musim kemarau yang penghabisan.
RAJAB, artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
SYA’BANartinya: berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).
RAMADHANartinya: sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa penting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaum muslimin dapat menaklukkan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekjah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
SYAWWALartinya: kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang mernbahagiakan.
DZULQAIDAHberasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan duduk-duduk di rumah.
DZULHIJJAHartinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.
Demikian Sejarah & Arti Nama-Nama Bulan Hijriyah, semoga semakin menambahkan pengetahuan kita tentang sejarah dan kebudayaan Islam di jaman Rasulullah SAW.
Related Posts :
Inilah 77 Keistim ewaan Kota Madinah
77 Keistimewaan Kota Madinah - Mayoritas kaum muslimin yang melaksanakan ibadah umrah dan haji, pasti akan menyempatkan diri untuk berziarah…
Inilah Pohon Berusia 1400 Tahun Yang Jadi Saksi Keagungan Nabi Pohon Sahabi
Ketika Muhammad kecil melakukan perjalanan ke Syam untuk mengikuti pamannya berdagang, ada sebuah kejadian unik yang menceritakan bahwa Muhammad kecil adalah seorang calon nabi terakhir seperti ramalan dalam kitab seorang pendeta dari Syam.
Salah seorang pakar tafsir ternama, Muhammad Ibn Jarir al-Tabari menceritakan tentang kisah pendeta Buhaira yang bertemu dengan Muhammad kecil. Saat itu Nabi Muhammad SAW baru berusia 9 atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke negara Syam.
Buhaira bertemu dengan kelompok pedagang tersebut dan mengajak mereka untuk beristirahat barang sebentar. Akan tetapi sebelumnya Buhaira sudah mendapat firasat kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. semua tamu yang dipersilahkan mampir dirumahnya diamati oleh beliau. Namun tak satupun di antara mereka yang memiliki tanda-tanda mukjizat seperti yang disebut dalam kitabnya.
Namun, setelah diteliti ternyata masih ada satu anggota yang tidak ikut masuk ke rumah Buhaira. karena Muhammad kecil disuruh menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta mereka.
Dengan mengamati dari kejauhan, Buhaira sangat takjub menyaksikan cabang pohon tersebut saling merunduk untuk melindungi Muhammad kecil. Buhaira akhirnya meminta agar Muhammad kecil diajak masuk juga untuk berteduh dan bersantap.
Setelah diteliti dan dicocokkan dengan berbagai tanda-tanda dalam kitabnya, Buhaira tambah yakin jika Muhammad kecil adalah calon seorang nabi yang telah diramalkan kemunculannya. kemudian Buhaira berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad kecil, karena suatu saat nanti ia akan membawa keberkahan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Pohon Sahabi
1400 tahun telah berlalu, namun pohon yang pernah meneduhkan Muhammad kecil itu sampai saat ini masih berdiri tegak, dan pohon ini menjadi satu-satunya pohon yang berhasil hidup di tengah gurun yang sangat panas. Subhanallah.. Allahu Akbar !!!
Pohon yang menjadi saksi atas kerasulan Muhammad ini disebut dengan pohon Sahabi (dari kata Sahabat). sekarang pohon ini dilestarikan dan dijaga oleh pemerintah Yordania. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin. Sekalipun begitu pengunjung tetap bisa menyentuh dan berlindung dibawahnya.
Salah seorang pakar tafsir ternama, Muhammad Ibn Jarir al-Tabari menceritakan tentang kisah pendeta Buhaira yang bertemu dengan Muhammad kecil. Saat itu Nabi Muhammad SAW baru berusia 9 atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke negara Syam.
Buhaira bertemu dengan kelompok pedagang tersebut dan mengajak mereka untuk beristirahat barang sebentar. Akan tetapi sebelumnya Buhaira sudah mendapat firasat kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. semua tamu yang dipersilahkan mampir dirumahnya diamati oleh beliau. Namun tak satupun di antara mereka yang memiliki tanda-tanda mukjizat seperti yang disebut dalam kitabnya.
Namun, setelah diteliti ternyata masih ada satu anggota yang tidak ikut masuk ke rumah Buhaira. karena Muhammad kecil disuruh menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta mereka.
Dengan mengamati dari kejauhan, Buhaira sangat takjub menyaksikan cabang pohon tersebut saling merunduk untuk melindungi Muhammad kecil. Buhaira akhirnya meminta agar Muhammad kecil diajak masuk juga untuk berteduh dan bersantap.
Setelah diteliti dan dicocokkan dengan berbagai tanda-tanda dalam kitabnya, Buhaira tambah yakin jika Muhammad kecil adalah calon seorang nabi yang telah diramalkan kemunculannya. kemudian Buhaira berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad kecil, karena suatu saat nanti ia akan membawa keberkahan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.
Pohon Sahabi
1400 tahun telah berlalu, namun pohon yang pernah meneduhkan Muhammad kecil itu sampai saat ini masih berdiri tegak, dan pohon ini menjadi satu-satunya pohon yang berhasil hidup di tengah gurun yang sangat panas. Subhanallah.. Allahu Akbar !!!
Pohon yang menjadi saksi atas kerasulan Muhammad ini disebut dengan pohon Sahabi (dari kata Sahabat). sekarang pohon ini dilestarikan dan dijaga oleh pemerintah Yordania. Sekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin. Sekalipun begitu pengunjung tetap bisa menyentuh dan berlindung dibawahnya.
Berapa Luas Rumah Nabi SAW?
Pernahkan Saudara Membayangkan Berapa Luas Rumah Nabi ??
Rumah Nabi SAW di madinah terletak di pojokan masjid nabawi, tepatnya di tempat yang sekarang dijadikan makam Nabi SAW. dan sebagai pengetahuan saja, bahwasanya semua nabi itu dikuburkan tepat dimana nabi itu meninggal dunia. termasuk Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim: Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi Muhammad SAW. saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. melihat keadaan Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis. Kemudian Nabi pun bertanya: Mengapa engkau menangis?
Sayyidina Umar Radhiallah anhu menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, Utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan.
Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab: apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?
Perlu anda ketahui, Rumah Beliau SAW sangat mungil sekali, jika diukur panjangnya tidak lebih dari 5 meter dan lebarnya hanya 3 meter. tinggi atap sekitar 2.5 meter, Masyaallah..
Hal utama yang menjadi patokan dalam menentukan luas rumah nabi adalah perkataan seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Daud Bin Qais. Dalam kitabshohih adabul mufrodkarya Imam Bukhori disebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata: "Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)".
1 hasta jika diukur pake meter adalah 0.45 m, lihat di id.wikipedia.or g/wiki/Hasta. Jika anda masih ragu lagi, silahkan datang ke makam Nabi Muhammad SAW di madinah dan ukur berapa luas makam nabi di madinah, tepatnya di pojokan masjid nabawi, dan tempat yang sekarang dijadikan makam itulah yang dulunya dijadikan rumah oleh Nabi muhammad SAW.
Nabi Yang Agungitu - Yang mana Allah SWT dan Para MalaikatNya juga memujinya- ternyata hidup dalam kesederhanaan, rumah beliau beralaskan tanah, dindingnya terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma dan di dalamnya hanya ada sedikit perabotan. Tak ada kasur dan bantal yang empuk, tak ada AC di musim panas maupun penghangat badan di kala musim dingin, tak ada sofa apalagi springbed.
Nabi Yang Agungitu juga tidak pernah makan sampai kenyang, Ibunda kita, Aisyah RA menceritakan bagaimana keseharian rumah tangga Nabi SAW, "Kami, keluarga Muhammad SAW selama sebulan pernah tidak menyalakan api (memasak) dan hanya memakan kurma secukupnya dan air".
Aisyah RA juga menceritakan bahwa Nabi SAW pernah datang kepadanya dan bertanya:"Apakah engkau punya makanan? Ia menjawab tidak, kemudian Beliau SAW berkata: Kalau begitu aku berpuasa". Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA "Rasulullah SAW meninggalkan dunia ini dan beliau tidak pernah kenyang dari gandum dalam satu hari, baik makan siang maupun makan malam"
Sebagai ilustrasi saya sertakan gambar untuk bisa memahami dan menghayati lebih jauh
Gambar Rumah NabiYa, Kira kira seperti pic diatas yang bisa menggambarkan keadaan Rumah Nabi SAW, Rumah seorang jendral, Pemimpin tertinggi, seorang Nabi yang Agung, Manusia termulia sepanjang zaman di dunia dan akhirat dan merupakan Satu satunya Nabi yang bisa memberikan syafa'at. Dan perlu agan ingat, Nabi tidak hidup sendiri, nabi punya umat.. punya banyak sahabat, lebih dari ratusan ribu, dan banyak diantara mereka yang mengadukan masalahnya pada beliau SAW, tak bisa dibayangkan, bagaimana sibuknya nabi muhammad SAW dalam melayani umatnya, sedangkan beliau dan keluarganya sampai sebulan tidak pernah masak karena tidak punya sesuatu buat dimasak.
Andaikata Nabi Muhammad SAW meminta pada Allah SWT biar dikasih kekayaan yang melimpah seperti kekayaan Nabi Sulaiman, Allah SWT pasti tidak akan menolak permintaannya. Tapi beliau tidak pernah minta seperti itu pada Allah SWT, bahkan pada sahabat-sahabatnya yang kaya raya pun beliau tidak pernah tamak dan dengki. hal ini mengajarkan pada kita bahwasanya kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan hati, kekayaan harta benda di dunia tidak akan berarti apa apa jika kita tidak pandai mensyukurinya. berapa banyak manusia yang hartanya melimpah akan tetapi harga dirinya di mata manusia 0 besar. berapa banyak manusia yang dikaruniai harta yang melimpah, akan tetapi masih saja selalu tamak, rakus dan serakah dalam mencarinya.
Adakah pemimpin umat yang bisa mencontoh kesederhanaan beliau SAW?
Adakah umat beliau SAW yang bisa dan berani untuk meneledani kesederhanaan beliau SAW?
Sanggupkah kita untuk tidak mengeluh dan berputus asa dalam menjalani kehidupan ini?
Rumah Nabi SAW di madinah terletak di pojokan masjid nabawi, tepatnya di tempat yang sekarang dijadikan makam Nabi SAW. dan sebagai pengetahuan saja, bahwasanya semua nabi itu dikuburkan tepat dimana nabi itu meninggal dunia. termasuk Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim: Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi Muhammad SAW. saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. melihat keadaan Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis. Kemudian Nabi pun bertanya: Mengapa engkau menangis?
Sayyidina Umar Radhiallah anhu menjawab: "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, Utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan.
Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab: apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?
Perlu anda ketahui, Rumah Beliau SAW sangat mungil sekali, jika diukur panjangnya tidak lebih dari 5 meter dan lebarnya hanya 3 meter. tinggi atap sekitar 2.5 meter, Masyaallah..
Hal utama yang menjadi patokan dalam menentukan luas rumah nabi adalah perkataan seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang bernama Daud Bin Qais. Dalam kitabshohih adabul mufrodkarya Imam Bukhori disebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata: "Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)".
1 hasta jika diukur pake meter adalah 0.45 m, lihat di id.wikipedia.or g/wiki/Hasta. Jika anda masih ragu lagi, silahkan datang ke makam Nabi Muhammad SAW di madinah dan ukur berapa luas makam nabi di madinah, tepatnya di pojokan masjid nabawi, dan tempat yang sekarang dijadikan makam itulah yang dulunya dijadikan rumah oleh Nabi muhammad SAW.
Nabi Yang Agungitu - Yang mana Allah SWT dan Para MalaikatNya juga memujinya- ternyata hidup dalam kesederhanaan, rumah beliau beralaskan tanah, dindingnya terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma dan di dalamnya hanya ada sedikit perabotan. Tak ada kasur dan bantal yang empuk, tak ada AC di musim panas maupun penghangat badan di kala musim dingin, tak ada sofa apalagi springbed.
Nabi Yang Agungitu juga tidak pernah makan sampai kenyang, Ibunda kita, Aisyah RA menceritakan bagaimana keseharian rumah tangga Nabi SAW, "Kami, keluarga Muhammad SAW selama sebulan pernah tidak menyalakan api (memasak) dan hanya memakan kurma secukupnya dan air".
Aisyah RA juga menceritakan bahwa Nabi SAW pernah datang kepadanya dan bertanya:"Apakah engkau punya makanan? Ia menjawab tidak, kemudian Beliau SAW berkata: Kalau begitu aku berpuasa". Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA "Rasulullah SAW meninggalkan dunia ini dan beliau tidak pernah kenyang dari gandum dalam satu hari, baik makan siang maupun makan malam"
Sebagai ilustrasi saya sertakan gambar untuk bisa memahami dan menghayati lebih jauh
Gambar Rumah NabiYa, Kira kira seperti pic diatas yang bisa menggambarkan keadaan Rumah Nabi SAW, Rumah seorang jendral, Pemimpin tertinggi, seorang Nabi yang Agung, Manusia termulia sepanjang zaman di dunia dan akhirat dan merupakan Satu satunya Nabi yang bisa memberikan syafa'at. Dan perlu agan ingat, Nabi tidak hidup sendiri, nabi punya umat.. punya banyak sahabat, lebih dari ratusan ribu, dan banyak diantara mereka yang mengadukan masalahnya pada beliau SAW, tak bisa dibayangkan, bagaimana sibuknya nabi muhammad SAW dalam melayani umatnya, sedangkan beliau dan keluarganya sampai sebulan tidak pernah masak karena tidak punya sesuatu buat dimasak.
Andaikata Nabi Muhammad SAW meminta pada Allah SWT biar dikasih kekayaan yang melimpah seperti kekayaan Nabi Sulaiman, Allah SWT pasti tidak akan menolak permintaannya. Tapi beliau tidak pernah minta seperti itu pada Allah SWT, bahkan pada sahabat-sahabatnya yang kaya raya pun beliau tidak pernah tamak dan dengki. hal ini mengajarkan pada kita bahwasanya kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan hati, kekayaan harta benda di dunia tidak akan berarti apa apa jika kita tidak pandai mensyukurinya. berapa banyak manusia yang hartanya melimpah akan tetapi harga dirinya di mata manusia 0 besar. berapa banyak manusia yang dikaruniai harta yang melimpah, akan tetapi masih saja selalu tamak, rakus dan serakah dalam mencarinya.
Adakah pemimpin umat yang bisa mencontoh kesederhanaan beliau SAW?
Adakah umat beliau SAW yang bisa dan berani untuk meneledani kesederhanaan beliau SAW?
Sanggupkah kita untuk tidak mengeluh dan berputus asa dalam menjalani kehidupan ini?
Masya Allah, Jasad Sayyidina Umar bin Khattab Masih Utuh Salah satu hadits dalam kitab Al Jami' Asshohiih Karya Imam Bukhari
Dalam kitab sejarah disebutkan bahwa meninggalnya sayyidina Umar Bin Khattab adalah ditusuk hingga ambruk sehingga beliau pun mengakhiri hidupnya di dunia ini. Namun, setelah jasad beliau dikubur, dengan izin Allah SWT, tak ada satu kekuatan pun yang dapat menggerogoti jasad beliau.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori diatas tersebut menjelaskan peristiwa pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu, salah satu dinding di komplek pemakaman Rasulullah saw ambrol. Tampaklah kaki dari salah makam disana, orang-orang mengira itu adalah kakinya Rasulullah SAW. Namun, ternyata itu kakinya sayyidina Umar bin Khaththab ra. Makam Umar memang ada di sebelah makam Nabi. dan kaki tersebut masih utuh dan dalam keadaan baik.
Perlu kita ketahui bahwa kitab hadits karangan Imam Bukhari adalah kitab yang paling terpercaya setelah Alqur'an di dunia ini menurut golongan Ahlussunnah wal Jama'ah. Dan para ulama' sepakat bahwa setelah Alqur'an dan Alhadits, kitab Al Jami' Asshahiih karangan beliau adalah rujukan yang paling utama.
Subhanallah.. Sayyidina Umar bin Khaththab RA yang mengakhiri hidup secara jasmani di dunia ini setelah jasadnya ditusuk, namun setelah wafat tak ada satu pun benda atau binatang yang dapat menggerogoti jasad beliau.
Semakin terngiang-ngiang suara muraqqi dalam shalat tarawih yang menggemakan empat nama Khulafaur Rasyidin. Salah satunya: “Amiirul mu’miniin khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu: …..pelopor diberjamaahkannya shalat qiyamullail pada bulan Ramadhan yang kemudian disebut sholat tarawih…”
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori diatas tersebut menjelaskan peristiwa pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu, salah satu dinding di komplek pemakaman Rasulullah saw ambrol. Tampaklah kaki dari salah makam disana, orang-orang mengira itu adalah kakinya Rasulullah SAW. Namun, ternyata itu kakinya sayyidina Umar bin Khaththab ra. Makam Umar memang ada di sebelah makam Nabi. dan kaki tersebut masih utuh dan dalam keadaan baik.
Perlu kita ketahui bahwa kitab hadits karangan Imam Bukhari adalah kitab yang paling terpercaya setelah Alqur'an di dunia ini menurut golongan Ahlussunnah wal Jama'ah. Dan para ulama' sepakat bahwa setelah Alqur'an dan Alhadits, kitab Al Jami' Asshahiih karangan beliau adalah rujukan yang paling utama.
Subhanallah.. Sayyidina Umar bin Khaththab RA yang mengakhiri hidup secara jasmani di dunia ini setelah jasadnya ditusuk, namun setelah wafat tak ada satu pun benda atau binatang yang dapat menggerogoti jasad beliau.
Semakin terngiang-ngiang suara muraqqi dalam shalat tarawih yang menggemakan empat nama Khulafaur Rasyidin. Salah satunya: “Amiirul mu’miniin khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu: …..pelopor diberjamaahkannya shalat qiyamullail pada bulan Ramadhan yang kemudian disebut sholat tarawih…”
Jumat, 29 Januari 2016
Terbaginya Sudut Pandang Keagamaan. (bag:4)
Dari (Bag:3)
Biru : +12 jam yang memulai awal hari, sebanding awal jumat dari hitungan sana, kemudian 8 jam setelahnya maka hari jumat masuk waktunya di Nusantara – selisih 4 jam berikutnya lagi masuk hari jumat untuk wilayah Mekkah (sesuai dengan kenyataan waktu dunia yang dipakai sekarang, dan sesuai dengan jumatan yang dahuluan di Nusantara baru di Mekkah). Setelahnya kemudian ditambah 20 jam (12 jam (akhir hari) + 8 jam) lagi dari Mekkah maka di Nusantara hari mulai berganti hari sabtu.
Jingga : hari sabtu di Nusantara ada sebagian yang berhari raya pada hari tersebut, kemudian dalam 4 jam berikutnya masuk hari sabtu di Mekkah, dimana juga berhari raya pada hari tersebut. (putaran waktu sesuai dengan satu putaran hari, 24 jam), setelahnya 8 jam kemudian akhir hari berakhir di -12jam
Kriteria Danjon (1932,1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan-Matahari sebesar 7 derajat.
Ada berpendapat bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat hilal dari ufuk tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini. Ada pendapat secara pandangan normal, minimal bulan telah 6 derajat diatas ufuk baru dapat dilihat. Maka ditetapkanlah atau disepakatilah beberapa derajat pasti yang dapat melihat hilal tanpa alat bantu diantara 2-6 derajat itu. Kemudian ilmu astronomi sebagai klaim kepastian dan keakuratan ilmunya sebagai persepsi kesatuan waktu keseluruhan dunia tentunya akan diujicoba dengan cara astronomi harus menentukan negara, wilayah dan kota-kota yang dapat melihat hilal secara langsung tanpa alat bantu ditiap awal bulan baru sesuai derajat yang disepakati mudah melihat hilal. Terserah mau diuji berapa puluhan atau ratus kali dahulu di tiap-tiap daerah dan kota nantinya yang telah astronomi pastikan itu (pada setiap awal bulan hijriah) dan bila ketepatan astronomi mendekati 100%, maka bukankah perhitungan astronomi tersebut adalah telah tepat dapat mewakili rukyah. Bila pun haruslah ada yang melihat langsung sesuai dengan keharusan hadits“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".Hal yang akan dapat saja mengotakkan wilayah (saat kekinian) karena masing-masing golongan bisa melakukan sendiri-sendiri dan bila mau diintegerasi satu waktu serempak secara seluruh dunia maka setelah ditentukan oleh astronomi dimana terjadi hilal yang dapat dilihat di negara/wilayah dan kota-kota mana saja hal tersebut dapat dilihatnya hilal, timnya bisa langsung mengabarkan secara cepat keseluruhan belahan dunia. Yang repot adalah waktu menunggu buat wilayah yang agak jauh atau berselisih jam/waktu besar dari kota-kota tersebut. Bisa-bisa ada yang menunggu sampai tengah malam. Tapi bila “benar” karena akurasinya astronomi benar-benar dapat dipertanggungjawabkan 100% tepat, bisa saja bagi yang berselisih jauh jamnya dari lokasi lihat bulan itu, melakukan kegiatan ibadah sesuai waktunya dan memastikan secara langsung kemudian nantinya kabar dari lokasi lihat hilal tersebut berikutnya dari media informasi setelah ada kabar serempak adanya hilal yang nyata, toh sebagaimana astronomi mengklaim dapat menghitung jauh hari sebelumnya.
Namun karena adanya kabar lain, maka harus dipastikan pula terlebih dahulu kebenaran hal ini.“Dalam penanggalan Masehi, waktu Indonesia selalu lebih cepat dibandingkan Arab Saudi karena posisi Indonesia yang berada di timur Arab Saudi. Sedangkan dalam penanggalan hijriah, waktu di Indonesia belum tentu lebih dulu dibanding Arab Saudi. Kondisi ini disebabkan karena garis awal bulan selalu berubah setiap bulannya dan bentuknya miring, sehingga ketinggian hilal bisa saja berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnya walaupun tempat tersebut memiliki jarak yang boleh dikata tidak terlampau jauh. Hal ini pernah terjadi pada jaman Mu’awiyah sekitar abad ke-7, dimana pada saat itu Syam (Suriah) lebih dulu satu hari memasuki Ramadhan dibandingkan Madinah”.Dan berbagai hal lainnya yang menyelisihi syarat-syarat dapat dipakainya ilmu astronomi untuk satu hitungan mendunia tersebut yang mungkin saja ada pula, karena penulis hanya sekedar memperkirakan saja tanpa ilmu yang dalam dalam hal ini. Namun bila merujuk matahari dan bulan atau siang malam seperti melilitkan surban, sebenarnya apakah arah terbit matahari dan bulan selalu sama arah awal ke akhirnya (dalam rujukan geosentris).
Disini penulis tidak mengupas lebih jauh hingga hal mengenai ketaatan pada kepemimpinan, hal ini berdasarkan yang mana memenuhi kebenaran pada ayat-ayat alam saja. Jadi berdasarkan nalar, logika, berdasarkan realitas dari kenyataan saint pada hitungan waktu, baik itu geosentris maupun heliosentris yang diterima dan dipakai hari ini dan juga berdasarkan kenyataan penciptaan alam semesta (bumi) bahwa siang malam terjadi selama 24 jam, pada dasarnya salah satu alasan secara mekanisme alam tertolak, kecuali ilmu pengetahuan tidak dapat menghitungnya lagi.
“sebagai penentu masuknya awal bulan, mirip dengan syarat ketinggian matahari untuk munculnya fajar dalam penentuan masuknya waktu shubuh. Jadi, kriteria imkan rukyat didukung oleh logika fikih yang jelas” dikutip dari tweet di chirpstory.com
“Mengenai perbedaan antara penetapan awal bulan hijriyah untuk hal ibadah dengan penetapan waktu shalat diterangkan oleh guru kami, Syaikh Sa’ad Al-Khatslan hafizhahullah yang saat ini menjabat sebagai anggota Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-‘Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) sebagai berikut.
Allah menjadikan sebab untuk penetapan waktu shalat. Ketika sebab ini ditemukan dengan cara apa pun, maka hukum shalat itu berlaku. Misalnya saja, shalat Zhuhur. Yang menandakan masuknya waktu Zhuhur adalah dengan zawalnya matahari, yaitu tergelincirnya matahari ke arah barat. Jika telah diketahui zawalnya matahari dengan cara apa pun, maka masuklah waktu Zhuhur. Begitu pula ketika diketahui panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya, maka hukum akhir waktu shalat Zhuhur berlaku. Karenanya, waktu shalat bisa diketahui melalui hisab falaki.
Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa.
Ringkasnya, untuk waktu shalat, syari’at menjadikan berbagai sebab sebagai pertanda masuknya waktu shalat. Jika sebab tersebut ditemukan dengan cara apa pun, maka berlakulah hukum masuknya waktu shalat. Mungkin saja hal itu diketahui dengan cara hisab lewat ilmu falak. Adapun untuk masuk awal bulan, dijadikan sebab adanya hukum adalah dengan penglihatan, sedangkan hisab tidak dijadikan patokan dalam masalah ini. Yang dijadikan sebab hanyalah rukyatul hilal untuk masalah ini.
Untuk memasuki awal bulan, kita dapati dalil menyebutkan, “Berpuasalah karena melihat hilal.” Dan tidak dikatakan, berpuasalah karena keluarnya hilal dari sarangnya. Namun hanya dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Berpuasalah karena melihat hilal.”Sedangkan untuk waktu shalat, misal waktu Zhuhur disebutkan,“Kerjakanlah shalat karena awalnya matahari (tergelincirnya matahari ke arah barat, pen.).”Ini jelas berbeda, masuknya awal bulan disuruh melihat, sedangkan waktu shalat cuma mengetahui keadaan. Sehingga tak tepat jika penentuan awal bulan diqiyaskan (disamakan) dengan jadwal shalat. (Sumber fatwa: Ahlalhdeeth.Com)
Untuk penetapan waktu shalat, cukup dengan mengetahui keadaan, yang di mana bisa diketahui lewat ilmu hisab. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Waktu Zhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat (waktu zawal) hingga bayangan seseorang sama dengan tingginya dan selama belum masuk waktu ‘Ashar. Waktu Ashar masih terus ada selama matahari belum menguning. Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum hilang. Waktu shalat ‘Isya’ ialah hingga pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq) selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit, maka tahanlah diri dari shalat karena ketika itu matahari terbit antara dua tanduk setan.”(HR. Muslim no. 612). Di dalam hadits tidak dipersyaratkan harus melihat keadaan matahari. Berarti dengan ilmu hisab pun bisa diperkirakan.
Untuk masalah melihat hilal disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan menjadi 30 hari).”(HR. Bukhari no. 1900 dan Muslim no. 1080). Lihatlah di sini dipersyaratkan melihat, tidak dengan hisab. http://rumaysho.com”
“Apakah perputaran bulan pada bumi bukan merupakan ayat-ayat alam, sunnatullah yang tidak ada campur tangan manusia didalamnya, bukankah ia adalah dalil-dalil pula? Bukankan bila bulan telah melebihi 0 derajat diatas ufuk menandakan masuk hari/bulan baru, bukankah ini merupakan dalil-dalil secara realitas yang benar-benar real pula?”
Ilmu astronomi dewasa ini telah dapat menerka secara akurat, dimana dan kapan waktu terjadinya gerhana dan dimana imbas-imbas wilayah yang terdampak dan terlihat.
Tentu pertanyaan yang timbul, apakah dalil pada nash dan dalil pada alam itu akan kontradiksi atau bertentangan, tidak bisakah keduanya saling menguatkan atau berkesinambungan atau pula sebenarnya malah tidak berkontradiksi.
Mungkin akan ada yang menyamakan, bila begitu usaha manusia atau pilihan antara tanda kutip “kekanan” atau “kekiri” dari seorang individu adalah sunnatullah pula, karena masing-masing hasil, keadaan, akibat, dsb.
Diciptakan Allah SWT pula, seperti game bola, model tendangan, arah, dsb telah discriptkan pencipta gamenya, dan akan berputar/random beberapa model gayanya itu-itu saja, dan tinggi rendah kekanan atau kesamping arahnya sesuai beberapa model limit yang ditetapkan, juga sesuai dengan apa dan beberapa macam bentuk-bentuk yang telah dituangkan dalam kelengkapan permainan tersebut oleh penciptanya. Padahal hal ini berkaitan dengan interaksi manusia, atau dimana hal ini berkaitan dengan perjanjian, sebab akibat, hak, kewajiban, resiko, tanggung jawab, imbas, dsb manusia itu sendiri dari hasil olahnya tersebut, dimana hal ini masuk pada rambu-rambu batasan-batasan syariat, pada pemberian dan penahanan nikmatNya, pada ketaatan pada perintah dan larangan yang juga digariskan oleh Sang Pencipta.
Karena dalil alam tentang keadaan bulan ini berinteraksi dengan urusan manusia, dimana tentu harus sesuai garis rambu-rambu/batasan-batasan syariatNya, seharusnya dalil nash dan dalil alam ini dapat berjalan bersama agar tidak terjadi paradoks.
Apakah melihat hilal adalah ijma? Bagaimana hukum mengenai hal yang telah ijma?
Bila saja Anda pernah iseng membuat kalender hijriah sendiri, dimana anda membuat 3 kalender hijriah berbeda perhitungan, dimana yang pertama, anda membuat berdasarkan perhitungan yang dilakukan NU, yang kedua, berdasarkan putusan yang dikeluarkan muhammadiyah, sedangkan yang ketiga, anda buat berdasarkan putusan/penetapan bulan-bulan islam yang terjadi di Arab Saudi. Dalam hal ini mungkin kalender hijriah dari metode muhammadiyah anda sudah bisa langsung membuat 1 tahun kalender, sedangkan dua yang lain, anda akan menunggu tiap bulannya untuk memastikannya. Bila anda rutin membuatnya selama 5 tahun, anda akan menemukan dari ketiga-tiganya masing-masing perbedaan waktu atau perbedaan tanggal dan hari. Ringkasnya mungkin seperti ini, misalnya terjadi pada hari raya, walaupun bulan-bulan lain juga akan ada kadang-kadang masing-masing perbedaan, masing-masing mengklaim akan tanggal yang sama (dalam hijriah) namun hari berbeda (nama hari seperti biasa), dalam hal ini tentang harinya ada yang mendahului sehari dan ada yang membelakangi sehari. Atau akan ada pula perbedaan akan jumlah hari pada bulan-bulannya (29/30) pada masing-masing kalender tadi, bahkan ada yang dua diantara tiga itu jumlah bulan sama kemudian berbalik yang lain yang sama, kadang ketiganya tidak sama jalan model bulan-bulannya masing-masing setahunnya. Atau seseorang yang selalu ikut lebaran/awal puasa, dsb sesuai dengan waktu tetapan di Arab Saudi, mungkin tahu ini, maka kadang-kadang ia akan berlebaran yang sama waktu dan harinya dengan Muhammadiyah, dalam hal ini NU akan terlambat sehari (tanggal satu dimulai disitu untuk kalender NU), atau harinya berbeda. Dan pada lain kesempatan maka kadang-kadang, ia pula akan berlebaran yang sama waktu dan harinya dengan NU, dimana Muhammadiyah akan dahuluan sehari (awal bulan disitu untuk kalender versi Muhammadiyah), dan pastinya juga harinya berbeda. Jadi bila mau dibuatkan kalender hijriah secara pemakaian global di dunia, seperti hampir mustahil dapat dilakukan. Seandainya saja, kita tidak mengenal kalender masehi, dimana kita memakai kalender hijriah, kerancuan ini tetap ada, bila patokan atau kreteria masih tidak ketemu sepakat.
Namun sebenarnya kalender hijriah dapat dibuat secara global dan dapat sama dipakai didunia, dimana hal ini dikaitkan secara dalil alam/saint dan secara dalil nash, dan kesampaian informasi antar wilayah dimana saja yang hanya menghitung menit saja.
“Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa.
Ringkasnya, untuk waktu shalat, syari’at menjadikan berbagai sebab sebagai pertanda masuknya waktu shalat. Jika sebab tersebut ditemukan dengan cara apa pun, maka berlakulah hukum masuknya waktu shalat. Mungkin saja hal itu diketahui dengan cara hisab lewat ilmu falak. Adapun untuk masuk awal bulan,dijadikan sebab adanya hukum adalah dengan penglihatan, sedangkan hisab tidak dijadikan patokan dalam masalah ini. Yang dijadikan sebab hanyalah rukyatul hilal untuk masalah ini.”
Pada hal ini, hisab merujuk kepada bisa tidaknya hilal bisa dilihat secara mata atau alat melihat, atau kapan tepatnya derajat diatas ufuk yang tepat agar hilal bisa dapat dilihat secara mata, yang 90% faktor penghalangnya penglihatan tak mengganggu. Bila derajat tersebut tidak mencukupi derajat yang tepat tadi, maka perhitungan saintnya digenapkan bulannya, seperti “Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa”, maka kalender versi ini sudah dapat menghitung jauh-jauh hari sebelumnya, umpama dihitung setahun. Namun masalah lainnya tetap akan ada muncul, mungkin pada posisi Indonesia, hal ini akan memicu kesamaan waktu antara Muhammadiyah dan NU, namun pada masa-masa tertentu ia tidak akan sama pada kiblat, seperti yang diutarakan diatas sebelumnya. Pada suatu saat, kriteria ini akan membelakangi sehari pada kiblat. Karena bisa saja. Semisal saja derajat yang dimaksud adalah 60, pada waktu senja itu telah tiba diwilayah Indonesia “manapun”, posisi bulan belum sampai derajatnya berdasarkan hitungan saintnya, maka demikian pula tidak dapat dilihat secara mata pula pada senja itu di Indonesia, namun ternyata ketika pergiliran senja telah tiba di Mekkah, derajat bulan itu telah sampai atau melebihi 60pada wilayah seputar yang sama dengan Mekkah dan seterusnya itu dan tentu saja dapat dilihat, ketika itu pula Indonesia menggenapkan bulannya/menambah sehari, di Arab sebaliknya telah mencukupi bulannya. Maka kelender tadi tidak dapat dipakai global, hanya dapat dipakai di Indonesia.
Nah disini mungkin kalender ini dapat dipakai global seluruh dunia bila patokannya adalah waktu melihat hilal di Mekkah, atau yang artinya waktu perhitungan saint menunjukkan derajat bulan ketika diatas Mekkah telah sesuai tetapannya, misal 60tadi.
Kenapa Mekkah, padahal banyak pula dalil alam dan dalil nash penguatnya hal ini. Hari raya berbicara tentang “sebuah” sholat juga, ketika sholat jumat, ternyata hari jumat tidaklah berbeda hari untuk sholat jumat ‘DIMANAPUN DI DUNIA”, tragisnya klo sholat hari raya di Mekkah bertepatan dengan hari jumat, ada yang selisih akan sholat dihari raya yang tidak jumat namun tidak beda sholat jumatannya pada waktu itu, adapula dalil tentang hari arafah, dan juga Mekkah adalah pusat dari daratan bumi, hal ini menyebabkan garis Mekkah sebenarnya sebagai pusat 0 waktu dunia, kurangnya faktor-faktor penghalang penglihatan di Mekkah.
Sekedar permisalan, misalkan 4 derajat diatas ufuk adalah derajat dimana hilal dari bulan dapat dilihat mata secara langsung/alat melihat. Misalkan di Indonesia, hilal telah mencapai 0.9 derajat. Maka NU akan menggenapkan bulan karena nyata pula bakal tidak dapat dilihat mata, demikian pemerintah pula (entah bila suatu saat pemerintahannya dari Muhammadiyah, mungkin berubah). Sementara Muhammadiyah akan mencukupi atau mengganjilkan bulan, karena hilal diatas ufuk. Sementara di Mekkah sendiri, ketika pergiliran senja telah tiba, derajat hilal adalah 2.9 yang artinya juga secara nyata tidak dapat dilihat mata/alat penglihatan. Maka di Mekkah akan menggenapkan bulan. Dalam hal ini NU dan Mekkah akan sama kena harinya, Muhammadiyah dahuluan sehari. Kebalikkannya bila di Indonesia, derajat hilal ketika pergiliran senja telah mencapai 2.9 derajat. NU dan biasanya pemerintah akan menggenapkan bulan (karena dalam hal lapangan akan tidak mampu melihat hilal), sementara Muhammadiyah akan mencukupkan bulan, sementara itu 4 jam kemudian, ketika pergiliran senja/pergiliran menjelang malam tiba di Mekkah, hilal disana ternyata terlihat mencapai 4.9 derajat, maka Mekkah akan mencukupi bulan karena hilal akan terlihat mata/alat penglihatan. Mekkah dan Muhammadiyah akan sama harinya, sedangkan NU akan belakangan sehari.
Apakah ada orang Indonesia yang punya kriteria “ikut Kiblat”? ada. Pemerintahan islam atau yang mewakili urusan islam bukan hanya ada di Indonesia, majelis ulama pun demikian, ulama atau ormas yang bermahzab sama pun juga ada diluar, masing-masing punya porsi dan batasan ketaatan dan porsi/batasan apa yang jadi ketidaktaatan. Semisal seorang ulama atau sebuah ormas islam di Indonesia memutuskan menggenapkan bulan, ternyata di wilayah lain, semisal 4 jam kemudian (jarak berdasarkan perbedaan jam), ormas serupa atau bermahzab sama/ulama semahzab sama telah mempersaksikan hilal dan atau “menyepakati” untuk mencukupkan bulan, sementara berita ini dalam hitungan menit sudah terdengar, terlihat atau terbaca di seluruh dunia.
Penentuan hari arafah yang hanya ada disatu tempat saja, yang menentukan lebaran haji, dsb. Dia tidak berbicara yang hanya ala nusantara saja atau dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, yang langitnya sebatas langit lokal saja.
Dan Mereka berselisih setelah pengetahuan itu datang padanya.
Yang dimaksud disini, agar adanya kalender hijriah yang sama secara global yang sudah baku setahun kalender, dan tapi juga (maaf, kurang tahu bagaimanan bahasa tepatnya) secara “seremonialnya” melihat hilal tetap dilakukan untuk memenuhi hadis. Yang kemungkinan tidak akan berselisih antara kalender tadi dan keadaan lapangan penentuan masuk bulannya. Karena ia merujuk kesatu tempat saja (sebagai “fungsi” area kiblat, juga sebagai “fungsi” area ummul qura) dan perhitungan saint kalendernya (kesepakatan tingginya hilal) pada tempat itu pula.
Apakah dalam pergiliran menjelang senja/malam itu, pada wilayah-wilayah yang berbeda-beda tempat dan waktunya, sesuai garis sejajar kiblat maka akan bisa pula terdapat perbedaan derajat hilalnya, para ahlinya tentu lebih faham dan namun ini berdasarkan kira-kira penulis saja, pendapat pribadi penulis saja. Masalah apakah tepat kriterianya dan tepat bila di Mekkah sebagai patokan dan apakah benar-benar kalender seperti itu tidak salah bertahun-tahun, perlu para ahli-ahlinya yang meneliti, dan bagaimanapun untuk menguatkan hal ini perlu adanya ijma bersama dari para ulama-ulama. Dan selama informasi dan komunikasi itu saling tembus hanya hitungan menitan saja dimanapun didunia.
Silahkan untuk memikirkannya atau bahkan memvisualisasikan secara lebih baik dan sebenarnya penulis hanya berharap akan adanya pertemuan lanjutan para ulama-ulama seluruh dunia dengan melibatkan seluruh organisasi dan seluruh golongan dengan tanda kutip “ahlusunnah” untuk membuat bersama ijma ulama yang menyangkut hal-hal teknis ini dan menjadikan patokan untuk dipakai secara keseluruhan di bumi.
Cerita ini hanya fiktif karangan penulis saja.
Bulan ramadhan, sekitar diantara 10 malam terakhir, setelah terawih, diluar masjid, disebuah gang. Seorang sahabat menunggu sahabatnya.
Sahabat satu : “Sob, jalan-jalan ngopi yuk sebentar di cafĂ©!”
Sahabat dua : “Lain kali z, fren! Nanggung nih, ini malam ganjil, malam jumat lagi, mau memperbanyak ibadah nih malam, siapa tau malam laillatul qadar, men!”
Sahabat satu : (terheran-heran) “Loh, bukankah ini malam genap!”
Sahabat dua : “Ahh, itukan islammuuuu, islamku nih sudah masuk malam ganjil, akukan ikut puasa yang dahuluan sehari itu nah!”
Singkat kata, beberapa saat kemudian keduanya adu argumen, tambah lama tambah keras suara-suara terdengarnya, makin keras makin emosi masing-masing mereka jadinya. Setelah berapa lama terdengar suara-suara keras, sahabat ketiga muncul dari masjid. Kemudian ia melerai, menegur, mengingatkan, menjaga persaudaraan dan menanyakan masalah apakah yang terjadi. Setelah mendengarkan dengan seksama dua pendapat dari masing-masing sahabatnya, dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan, setelah berdehem-dehem sebentar lalu sahabat ketiga mengeluarkan pendapat.
Sahabat ketiga : Ohh, gitu toh! Itu z kok repot, sih!”
Kedua-dua sahabat : (serempak menjawab) “Ya, repot dong!”
Sahabat ketiga : “Makanya, kalau nga mau repot, mendingan selalu jaga dan memperbanyak ibadah terlebih di 10 malam terakhir, wong sudah dikasih tahu nabi dari 1400 tahun lalu.”
Kedua-dua sahabat : “Tapi… tapikan… bedanya gimana dong? Apakah kita akan selalu begini?”
Anda-Anda sendiri yang bisa menjawabnya. The end.
Bila ada perbedaan 2 pendapat atau adanya 2 ijtihad yang berbeda, dimana kemudian ditemukan adanya perselisihan yang menyilang antara tanda kutip “ahli sunnah”, bila janji dan amanat diabaikan, seperti: amanat ukhuwah/persaudaraan, amanat berpegang tali Allah SWT secara langsung, menyelisihi sunnah nabi Muhammad SAW, dsb maka tinggalkan perselisihannya, teliti ulang dan lakukanlah apa yang kamu tahu, kerasnya pada dirimu untuk memegang yang kamu tahu kebenarannya, lembut/keras keluar untuk penyikapan perselisihan itu pada sikonnya, jangan terjebak pada kekerasan dari perselisihan tersebut.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ,“Bagaimana denganmu jika kamu berada di tengah kekacauan, janji janji dan amanat mereka abaikan, kemudian mereka berselisih seperti ini ? ”Lalu, beliau menyilangkan antara jari jari. Abdullah bin Amr bertanya, ”Lalu, dengan apa engkau menyuruhku?” Beliau menjawab, “Jagalah rumah, keluargamu, lidahmu, dan lakukanlah apa yang kamu tahu dan tinggalkan yang mungkar, serta berhati hatilah dengan urusanmu sendiri, lalu tinggalkanlah perkara yang umum“(HR Abu Daud dan Nasa’i)
Kenapa harus Kiblat (Kabah) sebagai pusat/patokan, soalnyaAllah SWT telah menunjuk Kabah sebagai pusat dunia dan alam semestapula bahkan sebagai pemersatu semua itu, baik manusia, dunia (bumi) maupun alam semesta ini, bukan hanya sebagai kiblat sholat. Bila Kiblat dihancurkan atau tidak ada orang yang tawaf lagi, maka tunggulah sebentar lagi datangnya kiamat, karena alam semesta akan pula ikut rusak mengikutinya.
Biru : +12 jam yang memulai awal hari, sebanding awal jumat dari hitungan sana, kemudian 8 jam setelahnya maka hari jumat masuk waktunya di Nusantara – selisih 4 jam berikutnya lagi masuk hari jumat untuk wilayah Mekkah (sesuai dengan kenyataan waktu dunia yang dipakai sekarang, dan sesuai dengan jumatan yang dahuluan di Nusantara baru di Mekkah). Setelahnya kemudian ditambah 20 jam (12 jam (akhir hari) + 8 jam) lagi dari Mekkah maka di Nusantara hari mulai berganti hari sabtu.
Jingga : hari sabtu di Nusantara ada sebagian yang berhari raya pada hari tersebut, kemudian dalam 4 jam berikutnya masuk hari sabtu di Mekkah, dimana juga berhari raya pada hari tersebut. (putaran waktu sesuai dengan satu putaran hari, 24 jam), setelahnya 8 jam kemudian akhir hari berakhir di -12jam
Kriteria Danjon (1932,1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan-Matahari sebesar 7 derajat.
Ada berpendapat bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat hilal dari ufuk tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini. Ada pendapat secara pandangan normal, minimal bulan telah 6 derajat diatas ufuk baru dapat dilihat. Maka ditetapkanlah atau disepakatilah beberapa derajat pasti yang dapat melihat hilal tanpa alat bantu diantara 2-6 derajat itu. Kemudian ilmu astronomi sebagai klaim kepastian dan keakuratan ilmunya sebagai persepsi kesatuan waktu keseluruhan dunia tentunya akan diujicoba dengan cara astronomi harus menentukan negara, wilayah dan kota-kota yang dapat melihat hilal secara langsung tanpa alat bantu ditiap awal bulan baru sesuai derajat yang disepakati mudah melihat hilal. Terserah mau diuji berapa puluhan atau ratus kali dahulu di tiap-tiap daerah dan kota nantinya yang telah astronomi pastikan itu (pada setiap awal bulan hijriah) dan bila ketepatan astronomi mendekati 100%, maka bukankah perhitungan astronomi tersebut adalah telah tepat dapat mewakili rukyah. Bila pun haruslah ada yang melihat langsung sesuai dengan keharusan hadits“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".Hal yang akan dapat saja mengotakkan wilayah (saat kekinian) karena masing-masing golongan bisa melakukan sendiri-sendiri dan bila mau diintegerasi satu waktu serempak secara seluruh dunia maka setelah ditentukan oleh astronomi dimana terjadi hilal yang dapat dilihat di negara/wilayah dan kota-kota mana saja hal tersebut dapat dilihatnya hilal, timnya bisa langsung mengabarkan secara cepat keseluruhan belahan dunia. Yang repot adalah waktu menunggu buat wilayah yang agak jauh atau berselisih jam/waktu besar dari kota-kota tersebut. Bisa-bisa ada yang menunggu sampai tengah malam. Tapi bila “benar” karena akurasinya astronomi benar-benar dapat dipertanggungjawabkan 100% tepat, bisa saja bagi yang berselisih jauh jamnya dari lokasi lihat bulan itu, melakukan kegiatan ibadah sesuai waktunya dan memastikan secara langsung kemudian nantinya kabar dari lokasi lihat hilal tersebut berikutnya dari media informasi setelah ada kabar serempak adanya hilal yang nyata, toh sebagaimana astronomi mengklaim dapat menghitung jauh hari sebelumnya.
Namun karena adanya kabar lain, maka harus dipastikan pula terlebih dahulu kebenaran hal ini.“Dalam penanggalan Masehi, waktu Indonesia selalu lebih cepat dibandingkan Arab Saudi karena posisi Indonesia yang berada di timur Arab Saudi. Sedangkan dalam penanggalan hijriah, waktu di Indonesia belum tentu lebih dulu dibanding Arab Saudi. Kondisi ini disebabkan karena garis awal bulan selalu berubah setiap bulannya dan bentuknya miring, sehingga ketinggian hilal bisa saja berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnya walaupun tempat tersebut memiliki jarak yang boleh dikata tidak terlampau jauh. Hal ini pernah terjadi pada jaman Mu’awiyah sekitar abad ke-7, dimana pada saat itu Syam (Suriah) lebih dulu satu hari memasuki Ramadhan dibandingkan Madinah”.Dan berbagai hal lainnya yang menyelisihi syarat-syarat dapat dipakainya ilmu astronomi untuk satu hitungan mendunia tersebut yang mungkin saja ada pula, karena penulis hanya sekedar memperkirakan saja tanpa ilmu yang dalam dalam hal ini. Namun bila merujuk matahari dan bulan atau siang malam seperti melilitkan surban, sebenarnya apakah arah terbit matahari dan bulan selalu sama arah awal ke akhirnya (dalam rujukan geosentris).
Disini penulis tidak mengupas lebih jauh hingga hal mengenai ketaatan pada kepemimpinan, hal ini berdasarkan yang mana memenuhi kebenaran pada ayat-ayat alam saja. Jadi berdasarkan nalar, logika, berdasarkan realitas dari kenyataan saint pada hitungan waktu, baik itu geosentris maupun heliosentris yang diterima dan dipakai hari ini dan juga berdasarkan kenyataan penciptaan alam semesta (bumi) bahwa siang malam terjadi selama 24 jam, pada dasarnya salah satu alasan secara mekanisme alam tertolak, kecuali ilmu pengetahuan tidak dapat menghitungnya lagi.
“sebagai penentu masuknya awal bulan, mirip dengan syarat ketinggian matahari untuk munculnya fajar dalam penentuan masuknya waktu shubuh. Jadi, kriteria imkan rukyat didukung oleh logika fikih yang jelas” dikutip dari tweet di chirpstory.com
“Mengenai perbedaan antara penetapan awal bulan hijriyah untuk hal ibadah dengan penetapan waktu shalat diterangkan oleh guru kami, Syaikh Sa’ad Al-Khatslan hafizhahullah yang saat ini menjabat sebagai anggota Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-‘Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) sebagai berikut.
Allah menjadikan sebab untuk penetapan waktu shalat. Ketika sebab ini ditemukan dengan cara apa pun, maka hukum shalat itu berlaku. Misalnya saja, shalat Zhuhur. Yang menandakan masuknya waktu Zhuhur adalah dengan zawalnya matahari, yaitu tergelincirnya matahari ke arah barat. Jika telah diketahui zawalnya matahari dengan cara apa pun, maka masuklah waktu Zhuhur. Begitu pula ketika diketahui panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya, maka hukum akhir waktu shalat Zhuhur berlaku. Karenanya, waktu shalat bisa diketahui melalui hisab falaki.
Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa.
Ringkasnya, untuk waktu shalat, syari’at menjadikan berbagai sebab sebagai pertanda masuknya waktu shalat. Jika sebab tersebut ditemukan dengan cara apa pun, maka berlakulah hukum masuknya waktu shalat. Mungkin saja hal itu diketahui dengan cara hisab lewat ilmu falak. Adapun untuk masuk awal bulan, dijadikan sebab adanya hukum adalah dengan penglihatan, sedangkan hisab tidak dijadikan patokan dalam masalah ini. Yang dijadikan sebab hanyalah rukyatul hilal untuk masalah ini.
Untuk memasuki awal bulan, kita dapati dalil menyebutkan, “Berpuasalah karena melihat hilal.” Dan tidak dikatakan, berpuasalah karena keluarnya hilal dari sarangnya. Namun hanya dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Berpuasalah karena melihat hilal.”Sedangkan untuk waktu shalat, misal waktu Zhuhur disebutkan,“Kerjakanlah shalat karena awalnya matahari (tergelincirnya matahari ke arah barat, pen.).”Ini jelas berbeda, masuknya awal bulan disuruh melihat, sedangkan waktu shalat cuma mengetahui keadaan. Sehingga tak tepat jika penentuan awal bulan diqiyaskan (disamakan) dengan jadwal shalat. (Sumber fatwa: Ahlalhdeeth.Com)
Untuk penetapan waktu shalat, cukup dengan mengetahui keadaan, yang di mana bisa diketahui lewat ilmu hisab. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Waktu Zhuhur dimulai saat matahari tergelincir ke barat (waktu zawal) hingga bayangan seseorang sama dengan tingginya dan selama belum masuk waktu ‘Ashar. Waktu Ashar masih terus ada selama matahari belum menguning. Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah (saat matahari tenggelam) belum hilang. Waktu shalat ‘Isya’ ialah hingga pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq) selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit, maka tahanlah diri dari shalat karena ketika itu matahari terbit antara dua tanduk setan.”(HR. Muslim no. 612). Di dalam hadits tidak dipersyaratkan harus melihat keadaan matahari. Berarti dengan ilmu hisab pun bisa diperkirakan.
Untuk masalah melihat hilal disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan menjadi 30 hari).”(HR. Bukhari no. 1900 dan Muslim no. 1080). Lihatlah di sini dipersyaratkan melihat, tidak dengan hisab. http://rumaysho.com”
“Apakah perputaran bulan pada bumi bukan merupakan ayat-ayat alam, sunnatullah yang tidak ada campur tangan manusia didalamnya, bukankah ia adalah dalil-dalil pula? Bukankan bila bulan telah melebihi 0 derajat diatas ufuk menandakan masuk hari/bulan baru, bukankah ini merupakan dalil-dalil secara realitas yang benar-benar real pula?”
Ilmu astronomi dewasa ini telah dapat menerka secara akurat, dimana dan kapan waktu terjadinya gerhana dan dimana imbas-imbas wilayah yang terdampak dan terlihat.
Tentu pertanyaan yang timbul, apakah dalil pada nash dan dalil pada alam itu akan kontradiksi atau bertentangan, tidak bisakah keduanya saling menguatkan atau berkesinambungan atau pula sebenarnya malah tidak berkontradiksi.
Mungkin akan ada yang menyamakan, bila begitu usaha manusia atau pilihan antara tanda kutip “kekanan” atau “kekiri” dari seorang individu adalah sunnatullah pula, karena masing-masing hasil, keadaan, akibat, dsb.
Diciptakan Allah SWT pula, seperti game bola, model tendangan, arah, dsb telah discriptkan pencipta gamenya, dan akan berputar/random beberapa model gayanya itu-itu saja, dan tinggi rendah kekanan atau kesamping arahnya sesuai beberapa model limit yang ditetapkan, juga sesuai dengan apa dan beberapa macam bentuk-bentuk yang telah dituangkan dalam kelengkapan permainan tersebut oleh penciptanya. Padahal hal ini berkaitan dengan interaksi manusia, atau dimana hal ini berkaitan dengan perjanjian, sebab akibat, hak, kewajiban, resiko, tanggung jawab, imbas, dsb manusia itu sendiri dari hasil olahnya tersebut, dimana hal ini masuk pada rambu-rambu batasan-batasan syariat, pada pemberian dan penahanan nikmatNya, pada ketaatan pada perintah dan larangan yang juga digariskan oleh Sang Pencipta.
Karena dalil alam tentang keadaan bulan ini berinteraksi dengan urusan manusia, dimana tentu harus sesuai garis rambu-rambu/batasan-batasan syariatNya, seharusnya dalil nash dan dalil alam ini dapat berjalan bersama agar tidak terjadi paradoks.
Apakah melihat hilal adalah ijma? Bagaimana hukum mengenai hal yang telah ijma?
Bila saja Anda pernah iseng membuat kalender hijriah sendiri, dimana anda membuat 3 kalender hijriah berbeda perhitungan, dimana yang pertama, anda membuat berdasarkan perhitungan yang dilakukan NU, yang kedua, berdasarkan putusan yang dikeluarkan muhammadiyah, sedangkan yang ketiga, anda buat berdasarkan putusan/penetapan bulan-bulan islam yang terjadi di Arab Saudi. Dalam hal ini mungkin kalender hijriah dari metode muhammadiyah anda sudah bisa langsung membuat 1 tahun kalender, sedangkan dua yang lain, anda akan menunggu tiap bulannya untuk memastikannya. Bila anda rutin membuatnya selama 5 tahun, anda akan menemukan dari ketiga-tiganya masing-masing perbedaan waktu atau perbedaan tanggal dan hari. Ringkasnya mungkin seperti ini, misalnya terjadi pada hari raya, walaupun bulan-bulan lain juga akan ada kadang-kadang masing-masing perbedaan, masing-masing mengklaim akan tanggal yang sama (dalam hijriah) namun hari berbeda (nama hari seperti biasa), dalam hal ini tentang harinya ada yang mendahului sehari dan ada yang membelakangi sehari. Atau akan ada pula perbedaan akan jumlah hari pada bulan-bulannya (29/30) pada masing-masing kalender tadi, bahkan ada yang dua diantara tiga itu jumlah bulan sama kemudian berbalik yang lain yang sama, kadang ketiganya tidak sama jalan model bulan-bulannya masing-masing setahunnya. Atau seseorang yang selalu ikut lebaran/awal puasa, dsb sesuai dengan waktu tetapan di Arab Saudi, mungkin tahu ini, maka kadang-kadang ia akan berlebaran yang sama waktu dan harinya dengan Muhammadiyah, dalam hal ini NU akan terlambat sehari (tanggal satu dimulai disitu untuk kalender NU), atau harinya berbeda. Dan pada lain kesempatan maka kadang-kadang, ia pula akan berlebaran yang sama waktu dan harinya dengan NU, dimana Muhammadiyah akan dahuluan sehari (awal bulan disitu untuk kalender versi Muhammadiyah), dan pastinya juga harinya berbeda. Jadi bila mau dibuatkan kalender hijriah secara pemakaian global di dunia, seperti hampir mustahil dapat dilakukan. Seandainya saja, kita tidak mengenal kalender masehi, dimana kita memakai kalender hijriah, kerancuan ini tetap ada, bila patokan atau kreteria masih tidak ketemu sepakat.
Namun sebenarnya kalender hijriah dapat dibuat secara global dan dapat sama dipakai didunia, dimana hal ini dikaitkan secara dalil alam/saint dan secara dalil nash, dan kesampaian informasi antar wilayah dimana saja yang hanya menghitung menit saja.
“Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa.
Ringkasnya, untuk waktu shalat, syari’at menjadikan berbagai sebab sebagai pertanda masuknya waktu shalat. Jika sebab tersebut ditemukan dengan cara apa pun, maka berlakulah hukum masuknya waktu shalat. Mungkin saja hal itu diketahui dengan cara hisab lewat ilmu falak. Adapun untuk masuk awal bulan,dijadikan sebab adanya hukum adalah dengan penglihatan, sedangkan hisab tidak dijadikan patokan dalam masalah ini. Yang dijadikan sebab hanyalah rukyatul hilal untuk masalah ini.”
Pada hal ini, hisab merujuk kepada bisa tidaknya hilal bisa dilihat secara mata atau alat melihat, atau kapan tepatnya derajat diatas ufuk yang tepat agar hilal bisa dapat dilihat secara mata, yang 90% faktor penghalangnya penglihatan tak mengganggu. Bila derajat tersebut tidak mencukupi derajat yang tepat tadi, maka perhitungan saintnya digenapkan bulannya, seperti “Adapun untuk masalah hilal, syari’at tidak menjadikan terbitnya hilal (bulan tsabit) sebagai patokan untuk berpuasa. Penglihatan hilal tidak ada kaitannya dengan terbitnya hilal (bulan tsabit). Jika penglihatan hilal itu tidak tercapai, maka tidak ada sebab syar’i untuk berpuasa”, maka kalender versi ini sudah dapat menghitung jauh-jauh hari sebelumnya, umpama dihitung setahun. Namun masalah lainnya tetap akan ada muncul, mungkin pada posisi Indonesia, hal ini akan memicu kesamaan waktu antara Muhammadiyah dan NU, namun pada masa-masa tertentu ia tidak akan sama pada kiblat, seperti yang diutarakan diatas sebelumnya. Pada suatu saat, kriteria ini akan membelakangi sehari pada kiblat. Karena bisa saja. Semisal saja derajat yang dimaksud adalah 60, pada waktu senja itu telah tiba diwilayah Indonesia “manapun”, posisi bulan belum sampai derajatnya berdasarkan hitungan saintnya, maka demikian pula tidak dapat dilihat secara mata pula pada senja itu di Indonesia, namun ternyata ketika pergiliran senja telah tiba di Mekkah, derajat bulan itu telah sampai atau melebihi 60pada wilayah seputar yang sama dengan Mekkah dan seterusnya itu dan tentu saja dapat dilihat, ketika itu pula Indonesia menggenapkan bulannya/menambah sehari, di Arab sebaliknya telah mencukupi bulannya. Maka kelender tadi tidak dapat dipakai global, hanya dapat dipakai di Indonesia.
Nah disini mungkin kalender ini dapat dipakai global seluruh dunia bila patokannya adalah waktu melihat hilal di Mekkah, atau yang artinya waktu perhitungan saint menunjukkan derajat bulan ketika diatas Mekkah telah sesuai tetapannya, misal 60tadi.
Kenapa Mekkah, padahal banyak pula dalil alam dan dalil nash penguatnya hal ini. Hari raya berbicara tentang “sebuah” sholat juga, ketika sholat jumat, ternyata hari jumat tidaklah berbeda hari untuk sholat jumat ‘DIMANAPUN DI DUNIA”, tragisnya klo sholat hari raya di Mekkah bertepatan dengan hari jumat, ada yang selisih akan sholat dihari raya yang tidak jumat namun tidak beda sholat jumatannya pada waktu itu, adapula dalil tentang hari arafah, dan juga Mekkah adalah pusat dari daratan bumi, hal ini menyebabkan garis Mekkah sebenarnya sebagai pusat 0 waktu dunia, kurangnya faktor-faktor penghalang penglihatan di Mekkah.
Sekedar permisalan, misalkan 4 derajat diatas ufuk adalah derajat dimana hilal dari bulan dapat dilihat mata secara langsung/alat melihat. Misalkan di Indonesia, hilal telah mencapai 0.9 derajat. Maka NU akan menggenapkan bulan karena nyata pula bakal tidak dapat dilihat mata, demikian pemerintah pula (entah bila suatu saat pemerintahannya dari Muhammadiyah, mungkin berubah). Sementara Muhammadiyah akan mencukupi atau mengganjilkan bulan, karena hilal diatas ufuk. Sementara di Mekkah sendiri, ketika pergiliran senja telah tiba, derajat hilal adalah 2.9 yang artinya juga secara nyata tidak dapat dilihat mata/alat penglihatan. Maka di Mekkah akan menggenapkan bulan. Dalam hal ini NU dan Mekkah akan sama kena harinya, Muhammadiyah dahuluan sehari. Kebalikkannya bila di Indonesia, derajat hilal ketika pergiliran senja telah mencapai 2.9 derajat. NU dan biasanya pemerintah akan menggenapkan bulan (karena dalam hal lapangan akan tidak mampu melihat hilal), sementara Muhammadiyah akan mencukupkan bulan, sementara itu 4 jam kemudian, ketika pergiliran senja/pergiliran menjelang malam tiba di Mekkah, hilal disana ternyata terlihat mencapai 4.9 derajat, maka Mekkah akan mencukupi bulan karena hilal akan terlihat mata/alat penglihatan. Mekkah dan Muhammadiyah akan sama harinya, sedangkan NU akan belakangan sehari.
Apakah ada orang Indonesia yang punya kriteria “ikut Kiblat”? ada. Pemerintahan islam atau yang mewakili urusan islam bukan hanya ada di Indonesia, majelis ulama pun demikian, ulama atau ormas yang bermahzab sama pun juga ada diluar, masing-masing punya porsi dan batasan ketaatan dan porsi/batasan apa yang jadi ketidaktaatan. Semisal seorang ulama atau sebuah ormas islam di Indonesia memutuskan menggenapkan bulan, ternyata di wilayah lain, semisal 4 jam kemudian (jarak berdasarkan perbedaan jam), ormas serupa atau bermahzab sama/ulama semahzab sama telah mempersaksikan hilal dan atau “menyepakati” untuk mencukupkan bulan, sementara berita ini dalam hitungan menit sudah terdengar, terlihat atau terbaca di seluruh dunia.
Penentuan hari arafah yang hanya ada disatu tempat saja, yang menentukan lebaran haji, dsb. Dia tidak berbicara yang hanya ala nusantara saja atau dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, yang langitnya sebatas langit lokal saja.
Dan Mereka berselisih setelah pengetahuan itu datang padanya.
Yang dimaksud disini, agar adanya kalender hijriah yang sama secara global yang sudah baku setahun kalender, dan tapi juga (maaf, kurang tahu bagaimanan bahasa tepatnya) secara “seremonialnya” melihat hilal tetap dilakukan untuk memenuhi hadis. Yang kemungkinan tidak akan berselisih antara kalender tadi dan keadaan lapangan penentuan masuk bulannya. Karena ia merujuk kesatu tempat saja (sebagai “fungsi” area kiblat, juga sebagai “fungsi” area ummul qura) dan perhitungan saint kalendernya (kesepakatan tingginya hilal) pada tempat itu pula.
Apakah dalam pergiliran menjelang senja/malam itu, pada wilayah-wilayah yang berbeda-beda tempat dan waktunya, sesuai garis sejajar kiblat maka akan bisa pula terdapat perbedaan derajat hilalnya, para ahlinya tentu lebih faham dan namun ini berdasarkan kira-kira penulis saja, pendapat pribadi penulis saja. Masalah apakah tepat kriterianya dan tepat bila di Mekkah sebagai patokan dan apakah benar-benar kalender seperti itu tidak salah bertahun-tahun, perlu para ahli-ahlinya yang meneliti, dan bagaimanapun untuk menguatkan hal ini perlu adanya ijma bersama dari para ulama-ulama. Dan selama informasi dan komunikasi itu saling tembus hanya hitungan menitan saja dimanapun didunia.
Silahkan untuk memikirkannya atau bahkan memvisualisasikan secara lebih baik dan sebenarnya penulis hanya berharap akan adanya pertemuan lanjutan para ulama-ulama seluruh dunia dengan melibatkan seluruh organisasi dan seluruh golongan dengan tanda kutip “ahlusunnah” untuk membuat bersama ijma ulama yang menyangkut hal-hal teknis ini dan menjadikan patokan untuk dipakai secara keseluruhan di bumi.
Cerita ini hanya fiktif karangan penulis saja.
Bulan ramadhan, sekitar diantara 10 malam terakhir, setelah terawih, diluar masjid, disebuah gang. Seorang sahabat menunggu sahabatnya.
Sahabat satu : “Sob, jalan-jalan ngopi yuk sebentar di cafĂ©!”
Sahabat dua : “Lain kali z, fren! Nanggung nih, ini malam ganjil, malam jumat lagi, mau memperbanyak ibadah nih malam, siapa tau malam laillatul qadar, men!”
Sahabat satu : (terheran-heran) “Loh, bukankah ini malam genap!”
Sahabat dua : “Ahh, itukan islammuuuu, islamku nih sudah masuk malam ganjil, akukan ikut puasa yang dahuluan sehari itu nah!”
Singkat kata, beberapa saat kemudian keduanya adu argumen, tambah lama tambah keras suara-suara terdengarnya, makin keras makin emosi masing-masing mereka jadinya. Setelah berapa lama terdengar suara-suara keras, sahabat ketiga muncul dari masjid. Kemudian ia melerai, menegur, mengingatkan, menjaga persaudaraan dan menanyakan masalah apakah yang terjadi. Setelah mendengarkan dengan seksama dua pendapat dari masing-masing sahabatnya, dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan, setelah berdehem-dehem sebentar lalu sahabat ketiga mengeluarkan pendapat.
Sahabat ketiga : Ohh, gitu toh! Itu z kok repot, sih!”
Kedua-dua sahabat : (serempak menjawab) “Ya, repot dong!”
Sahabat ketiga : “Makanya, kalau nga mau repot, mendingan selalu jaga dan memperbanyak ibadah terlebih di 10 malam terakhir, wong sudah dikasih tahu nabi dari 1400 tahun lalu.”
Kedua-dua sahabat : “Tapi… tapikan… bedanya gimana dong? Apakah kita akan selalu begini?”
Anda-Anda sendiri yang bisa menjawabnya. The end.
Bila ada perbedaan 2 pendapat atau adanya 2 ijtihad yang berbeda, dimana kemudian ditemukan adanya perselisihan yang menyilang antara tanda kutip “ahli sunnah”, bila janji dan amanat diabaikan, seperti: amanat ukhuwah/persaudaraan, amanat berpegang tali Allah SWT secara langsung, menyelisihi sunnah nabi Muhammad SAW, dsb maka tinggalkan perselisihannya, teliti ulang dan lakukanlah apa yang kamu tahu, kerasnya pada dirimu untuk memegang yang kamu tahu kebenarannya, lembut/keras keluar untuk penyikapan perselisihan itu pada sikonnya, jangan terjebak pada kekerasan dari perselisihan tersebut.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ,“Bagaimana denganmu jika kamu berada di tengah kekacauan, janji janji dan amanat mereka abaikan, kemudian mereka berselisih seperti ini ? ”Lalu, beliau menyilangkan antara jari jari. Abdullah bin Amr bertanya, ”Lalu, dengan apa engkau menyuruhku?” Beliau menjawab, “Jagalah rumah, keluargamu, lidahmu, dan lakukanlah apa yang kamu tahu dan tinggalkan yang mungkar, serta berhati hatilah dengan urusanmu sendiri, lalu tinggalkanlah perkara yang umum“(HR Abu Daud dan Nasa’i)
Kenapa harus Kiblat (Kabah) sebagai pusat/patokan, soalnyaAllah SWT telah menunjuk Kabah sebagai pusat dunia dan alam semestapula bahkan sebagai pemersatu semua itu, baik manusia, dunia (bumi) maupun alam semesta ini, bukan hanya sebagai kiblat sholat. Bila Kiblat dihancurkan atau tidak ada orang yang tawaf lagi, maka tunggulah sebentar lagi datangnya kiamat, karena alam semesta akan pula ikut rusak mengikutinya.
Langganan:
Postingan (Atom)